IPMC 2025: Dorong Industri Menuju Circular Metallurgy dan Carbon Neutrality
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), menyelenggarakan International Process Metallurgy Conference (IPMC) 2025 pada Senin–Selasa (13-14/10/2025), di Aula Timur dan Campus Centre (CC) Timur, ITB Kampus Ganesha.
Chairman of IPMC 2025, D.Sc.(Tech.) Imam Santoso, S.T, M.Phil., mengatakan konferensi ini menjadi wadah bagi akademisi, peneliti, pelaku industri, dan pemangku kebijakan dari berbagai negara untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam membangun masa depan industri metalurgi yang berkelanjutan.
"Dengan tema “Advancing Sustainable Metallurgy Towards Circularity and Carbon Neutrality”, IPMC 2025 menyoroti urgensi inovasi dalam pengelolaan sumber daya mineral secara efisien dan ramah lingkungan, guna mendorong ekonomi hijau dan mencapai netralitas karbon di sektor industri proses," ujarnya.
Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., menyampaikan bahwa sektor metalurgi kini menghadapi tantangan besar, mulai dari meningkatnya kebutuhan logam kritis, tekanan terhadap keberlanjutan lingkungan, hingga tuntutan global menuju industri rendah karbon.
“Tantangan ini mengundang kita tidak hanya untuk berinovasi, tetapi juga untuk membayangkan kembali bagaimana kita mengekstraksi, memproses, dan mendaur ulang sumber daya mineral secara berkelanjutan dan bertanggung jawab,” katanya.
Beliau menambahkan bahwa visi tersebut sejalan dengan agenda nasional hilirisasi mineral dan batu bara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.
“Dengan kekayaan sumber daya alam yang besar, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mengelolanya dengan keunggulan teknologi dan prinsip keberlanjutan. Di ITB, kami meyakini bahwa sains dan teknologi harus memberi manfaat bagi masyarakat,” lanjutnya.
Rektor ITB juga menegaskan bahwa konferensi ini merupakan forum strategis yang mempertemukan penelitian mutakhir dengan praktik industri, memperkuat kerja sama internasional, dan menumbuhkan kemitraan baru yang berdampak bagi masa depan sektor metalurgi nasional.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., menekankan pentingnya arah pembangunan industri yang selaras dengan prinsip sirkularitas dan tanggung jawab lingkungan.
“Dan sementara fokus kita tertuju pada ekologi dan teknologi nasional, kita juga harus memastikan bahwa pembangunan ini mengikuti pola yang bertanggung jawab dan sirkular,” ucapnya.
Menurutnya, sirkularitas bukan berarti memperlambat pertumbuhan, melainkan membangun sistem yang menopang pertumbuhan melalui minimisasi limbah, efisiensi penggunaan material, serta pemulihan nilai dari produk yang telah mencapai akhir masa pakainya.
“Dalam konteks pertumbuhan, hal ini mencakup daur ulang dan pemulihan unsur kimia dari limbah ekologis, limbah industri, serta produk-produk seperti plastik dan peralatan elektronik,” jelasnya.
Beliau juga menyoroti pentingnya pengelolaan limbah yang aman dan terintegrasi dalam siklus ekologis sebagai bagian dari strategi nasional menuju ekonomi sirkular.
“Saya percaya bahwa bersama-sama, kita dapat membangun ekosistem yang dinamis, inklusif, dan tangguh,” tuturnya.
Sebagai penutup, Prof. Brian menegaskan bahwa perjalanan menuju keberlanjutan bukan hanya tentang aspek teknis, tetapi juga tentang membangun sistem ilmiah, industri, dan budaya nasional yang tangguh dan berdaulat.
“Ini tentang mengubah sumber daya alam menjadi pengetahuan, produk, dan lapangan kerja. Juga tentang menjaga kedaulatan bangsa,serta memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi berjalan seiring dengan tanggung jawab lingkungan dan inklusi sosial,” pungkasnya.
Konferensi IPMC 2025 menghadirkan pembicara kunci internasional dari berbagai lembaga penelitian dan perusahaan global yang membahas inovasi dalam efisiensi energi, daur ulang logam, pengolahan limbah industri, hingga pemanfaatan kembali bahan tambang bernilai tinggi.
Melalui forum ini, diharapkan dapat memperkuat jejaring riset internasional, mendorong kolaborasi lintas sektor, serta mendukung implementasi teknologi hijau yang relevan bagi pembangunan nasional dan keberlanjutan lingkungan.







.jpg)
