Mahasiswa ITB Raih Prestasi di Ajang Internasional IPMC 2025 Melalui Inovasi Pengolahan Limbah Pertambangan
Oleh Azka Zahara Firdausa - Rekayasa Hayati, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id — Lima mahasiswa ITB lintas program studi menorehkan prestasi di ajang Student Paper Competition pada International Process Metallurgy Conference (IPMC) 2025, Senin (13/10/2025). Kompetisi ini diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Metalurgi Indonesia, Persatuan Insinyur Indonesia, dan Ikatan Mahasiswa Metalurgi (IMMG) ITB dengan tema “Advancing Sustainable Metallurgy Towards Circularity and Carbon Neutrality”.
Mahasiswa yang tergabung dalam tim Phytomaxxing tersebut terdiri atas Hanif Yusran Makarim (Rekayasa Pertanian), Muhammad Daffa Anrizky (Teknik Bioenergi dan Kemurgi), Ravi Adriansyah (Teknik Material), Muhammad Rigel Alhuda (Teknik Industri), dan Maximillian Sulistiyo (Teknik Informatika).
Dalam kompetisi ini, mereka mengusung karya berjudul “Dual Valorization of Zinc Waste in Central Kalimantan’s Tailings through Enhanced Phytomining: Integrating Inoculant-assisted Metal Uptake and Hyperaccumulators’ Biomass Utilization into Bioethanol toward Circular Metallurgy”. Karya ini berfokus pada pemanfaatan tanaman Panicum maximum untuk remediasi limbah seng (Zn) dari tailings tambang di Kalimantan Tengah. Tanaman ini kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol, sedangkan residu padatnya diproses melalui acid leaching untuk mengekstraksi sisa logam. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas tanah, tetapi juga menghasilkan nilai ekonomi baru dari limbah pertambangan.
“Phytomining menggabungkan dua bidang ilmu yang berbeda dan berpotensi besar untuk memperbaiki isu lingkungan akibat limbah metalurgi. Melalui karya ini, kami ingin membuka peluang riset lebih lanjut agar konsep ini dapat diterapkan secara nyata di Indonesia,” ujar Ravi.
.jpg)
Berbeda dengan kompetisi pada umumnya dengan durasi sesi tanya jawab 10-15 menit, kompetisi IPMC mengadakan sesi tanya jawab hingga 45 menit. “Ini lomba keren dan gokil banget, sih! Soalnya baru pertama kali merasakan QnA session di final sampai 45 menit! Sudah seperti sidang akhir Tugas Akhir. Belajar banyak pokoknya!” kata Rigel.
Meski begitu, Tim tetap tenang dan memberikan tips menghadapi kompetisi sejenis. “Kuncinya pahami lombanya, cari tahu siapa jurinya, dan sesuaikan gaya presentasi serta cara menjawabmu. Kalau sudah tahu ‘medan perang’-mu, kamu bisa lebih siap mental. Apalagi, jika setiap anggota menguasai keilmuan yang berbeda dan mendalam maka akan lebih mudah untuk menghadapi berbagai perlombaan,” ujar Hanif.
Selama penyusunan paper, kendala waktu dan teknis sempat dihadapi. “Kami tersebar antara Ganesha dan Jatinangor dengan jadwal yang padat, jadi komunikasi jadi kunci. Selain itu, kami sempat mengalami kendala perangkat, mulai dari laptop dan HP yang rusak hingga hampir kehilangan data coding. Tapi semua bisa diatasi dengan kesabaran dan kerja sama,” kata Hanif.
Melalui inovasi ini, Tim Phytomaxxing berharap dapat memperkenalkan konsep circular metallurgy di Indonesia, sehingga limbah pertambangan tidak hanya diolah, tetapi juga dimanfaatkan kembali untuk mendukung energi berkelanjutan dan industri hijau masa depan.







