ITB Akan Menyelenggarakan R-ICT 2007
Oleh
Editor
BANDUNG,www.itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung akan menjadi tuan rumah konferensi internasional yang pertama untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi pemberdayaan masyarakat rural. Acara bertajuk International Conference on Rural Information and Communication Technology 2007 (R-ICT 2007) ini akan diselenggarakan di Aula Barat ITB, 6-7 Agustus 2007, dan direncanakan dibuka oleh Menteri Departemen Komunikasi dan Informasi, Prof. Muhammad Nuh. “Sebagai kegiatan perdana, event ini diharapkan dapat menarik 100 peneliti dan pakar TIK baik dari dalam maupun luar negeri,” ucap Armein Z. R. Langi, Kepala Pusat Penelitian TIK ITB, sekaligus juga sebagai ketua panitia.
Dengan dicanangkannya Millenium Development Goal (MDG), saat ini perhatian besar dicurahkan untuk memberantas kesenjangan digital (digital divide). Diperkirakan terdapat hampir 4 milyar orang yang tidak dapat memanfaatkan TIK bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Diperkirakan 150 juta di antaranya ada di Indonesia. Selain mahal, layanan TIK saat ini cenderung membuat orang konsumtif. Oleh sebab itu hanya masyarakat kelas menengah atas yang bisa memanfaatkannya. Masyarakat yang berada di segmen bawah dari piramida (bottom of pyramid) tidak mampu menjangkaunya.
Konferensi ini bertujuan untuk memobilisasi peneliti Indonesia dan dunia untuk menekuni pengembangan teknologi dan inovasi agar masyarakat di piramida bawah dapat memanfaatkan TIK secara berkelanjutan. Inovasi baru diperlukan baik untuk peralatan, infrastruktur, software, aplikasi dan konten. Terlebih lagi dalam konteks negara berkembang, kondisi kultural masyarakat menjadi factor yang sangat penting dalam penelitian dan inovasi.
Selain konferensi, event ini juga terdiri atas workshop, performance, dan pameran. Berbagai workshop dimaksudkan untuk mempersiapkan pembuat keputusan, pemerintah daerah, usaha kecil menengah, dan masyarakat untuk menerapkan TIK di komunitas tertinggal di daerahnya. Pameran menjadi ajang untuk menampilkan produk-produk dan solusi bagi kebutuhan TIK di komunitas pedesaan dan yang tertinggal.
Secara khusus eksibisi Digital Culture menampilkan karya budaya Sunda, yang ditampilkan dalam upacara pembukaan dan workshop wayang golek oleh tokoh dalang Dadan Sunandar Sunarya. Hal ini menandai dimulainya upaya untuk mengisi teknologi digital dengan potensi budaya bangsa. Kemudian dilakukan juga berbagai live performances dan workshop music dan video digital. Pada saat yang sama juga akan dilakukan launching IP-TV di kampus ITB (Campus Channel). Kegiatan di Aula Barat ini terbuka untuk umum tanpa dipungut bayaran.
Bekerja sama dengan CDC (Career Development Center) ITB, Desain Komunikasi Visual FSRD ITB, dan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, event ini diprediksikan akan menjadi sebuah event besar dengan melibatkan lebih dari 30 perusahaan di bidang yang terkait dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pamerannya, sekitar 100 pemakalah yang akan dipresentasikan dalam sesi-sesi parallel dalam konferensinya, dan pembicara kunci ternama dalam bidang yang berkaitan dengan TIK. Keseluruhan acara diharapkan dapat menarik sampai sepuluh ribu pengunjung selama dua hari.
Dengan dicanangkannya Millenium Development Goal (MDG), saat ini perhatian besar dicurahkan untuk memberantas kesenjangan digital (digital divide). Diperkirakan terdapat hampir 4 milyar orang yang tidak dapat memanfaatkan TIK bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Diperkirakan 150 juta di antaranya ada di Indonesia. Selain mahal, layanan TIK saat ini cenderung membuat orang konsumtif. Oleh sebab itu hanya masyarakat kelas menengah atas yang bisa memanfaatkannya. Masyarakat yang berada di segmen bawah dari piramida (bottom of pyramid) tidak mampu menjangkaunya.
Konferensi ini bertujuan untuk memobilisasi peneliti Indonesia dan dunia untuk menekuni pengembangan teknologi dan inovasi agar masyarakat di piramida bawah dapat memanfaatkan TIK secara berkelanjutan. Inovasi baru diperlukan baik untuk peralatan, infrastruktur, software, aplikasi dan konten. Terlebih lagi dalam konteks negara berkembang, kondisi kultural masyarakat menjadi factor yang sangat penting dalam penelitian dan inovasi.
Selain konferensi, event ini juga terdiri atas workshop, performance, dan pameran. Berbagai workshop dimaksudkan untuk mempersiapkan pembuat keputusan, pemerintah daerah, usaha kecil menengah, dan masyarakat untuk menerapkan TIK di komunitas tertinggal di daerahnya. Pameran menjadi ajang untuk menampilkan produk-produk dan solusi bagi kebutuhan TIK di komunitas pedesaan dan yang tertinggal.
Secara khusus eksibisi Digital Culture menampilkan karya budaya Sunda, yang ditampilkan dalam upacara pembukaan dan workshop wayang golek oleh tokoh dalang Dadan Sunandar Sunarya. Hal ini menandai dimulainya upaya untuk mengisi teknologi digital dengan potensi budaya bangsa. Kemudian dilakukan juga berbagai live performances dan workshop music dan video digital. Pada saat yang sama juga akan dilakukan launching IP-TV di kampus ITB (Campus Channel). Kegiatan di Aula Barat ini terbuka untuk umum tanpa dipungut bayaran.
Bekerja sama dengan CDC (Career Development Center) ITB, Desain Komunikasi Visual FSRD ITB, dan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, event ini diprediksikan akan menjadi sebuah event besar dengan melibatkan lebih dari 30 perusahaan di bidang yang terkait dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pamerannya, sekitar 100 pemakalah yang akan dipresentasikan dalam sesi-sesi parallel dalam konferensinya, dan pembicara kunci ternama dalam bidang yang berkaitan dengan TIK. Keseluruhan acara diharapkan dapat menarik sampai sepuluh ribu pengunjung selama dua hari.