ITB Bangun Shelter Bambu untuk Huntara Bagi Korban Gempa Lombok
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
LOMBOK, itb.ac.id -- Pasca gempa bumi magnitudo 7.0 skala Richter yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat 5 Agustus lalu, menyebabkan rumah-rumah warga retak hingga rusak parah. Kondisi tersebut bisa terlihat di Kabupaten Lombok Utara yang dekat dengan pusat gempa.
Karena tak ada tempat tinggal, akhirnya warga mendirikan tenda darurat seadanya di halaman rumah atau lapangan terbuka. Tenda darurat tersebut kebanyakan terbuat dari terpal seadanya yang rentan roboh karena angin atau terkena air.
Padahal warga yang tinggal di tenda darurat tersebut tidak sebentar, beberapa warga ada yang sampai berminggu-minggu tinggal di sana. Sebagai wujud kepedulian akan hal tersebut, tim Satgas ITB untuk gempa Lombok membuat shelter bambu untuk hunian sementara. Shelter tersebut selain kuat, dan tahan lama, juga lebih ekonomis.
"Karena di sini banyak bambu, jadi kita memakai material lokal yang mudah didapat. Shelter bambu ini lebih kokoh dari bentuk tenda biasa, mampu menahan angin dan hujan," kata Gilang Iqbal Noegraha, Mahasiswa Pascasarjana dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB kepada Humas ITB, Kamis (16/8/2018).
Shelter bambu tersebut berhasil dibuat di salah satu posko yang ada di Desa Tanjung, Lombok Utara. Pembuatannya pun tak begitu lama, lebih kurang tiga jam sudah bisa berdiri kokoh. Untuk satu shelter bambu dengan tinggi 2.20 meter dan luas ruang 3.8 x 5 meter bisa hanya menggunakan bambu sebanyak 16 buah. Ikatan yang digunakan pun memakai tali plastik tapi dengan ikatan teknik khusus agar kuat.
"Kita buat di salah satu posko yang ada di Desa Tanjung, alhamdulilah responnya bagus, awalnya hanya dibantu seorang lalu banyak masyarakat yang ikut terlibat. Warga pun coba dilibatkan mereka mencoba sendiri mereka gak bingung soal tekniknya karena mudah dipelajari untuk nantinya bisa dibuat sendiri," kata Gilang.
Namun yang perlu diperhatikan dalam pembuatan shelter bambu adalah ukuran dari bambu. Misalnya untuk pondasi dipakai bambu berukuran lebih besar, dan atapnya memakai bambu yang lebih ringan. Pelubangan bambu pun harus pas. agar ikatan yang dilakukan juga bisa kuat, pemilihan bambu juga harus betul-betul baik karena berpengaruh pada retakan. "Kalau bambu muda, mudah patah," katanya
Gilang mengatakan, desain shelter bambu tersebut dibuat oleh Andry Widyowidjatmoko dari Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan SAPPK-ITB. Di posko tersebut, kebetulan mereka menyewa tenda yang akan habis masa sewanya. Sehingga dibangunnya shelter bambu tersebut bisa bermanfaat untuk warga sekitar.
Saat proses mendirikan shelter bambu tersebut, ada salah kelompok relawan Tawaf yang bekerjasama dengan Mahasiswa Universitas Sumbawa berencana akan menduplikasi model shelter bambu tersebut. Menurut relawan tersebut masih banyak daerah yang perlu shelter seperti itu.
"Mereka mau keliling di Lombok Utara mau buat selter juga. Pake model yang kita buat. Kita juga mau mengadakan semacam pelatihan kepada warga setempat pembuatannya," kata Gilang.
Reporter : Adi Permana