ITB Bantu Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa dan Tsunami di Sulteng

Oleh Vera Citra Utami

Editor Vera Citra Utami


PALU, itb.ac.id -- Institut Teknologi Bandung telah membentuk tim satgas yang bertugas melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pasca bencana gempa dan tsunami di Palu Sulawesi Tengah. Tim ini akan bertugas membantu proses tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

Bersama Pusat Studi Gempabumi Nasional (PuSGeN) -Kementerian PUPR, LIPI dan lembaga lainnya, tim awal dari ITB telah berangkat menuju Palu pada Selasa (9/10/2018). Selain meneliti juga melakukan survei lokasi untuk tim selanjutnya dari ITB. Tim tersebut ada yang bertugas selama tiga hari dan beberapa hari ke depan. 

Tim awal gabungan ITB dan PuSGeN ini di antaranya terdiri atas para ahli di bidang masing-masing yakni, Geoteknik, Dr. Hamzah Latief dari KK Oceanografi, Dr. Irwan Meilano dari Geodesi, Dr. Astyka Pamumpuni dari Geologi, Dr. Indra Gunawan dari Geofisika, Prof. Masyhur Irsyam dan Adhika Sahadewa, Ph.D., dari KK Rekayasa GeoTeknik FTSL. Para ahli tersebut akan berfokus pada survei dampak dari tsunami, meneliti sesar Palu-Koro penyebab gempa, survei longsoran dan likuifaksi.

Keberangkatan tim awal ini bergabung bersama tim PuSGeN bertujuan untuk membantu pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR dan mudah-mudahan data yang kita peroleh bisa digunakan oleh kementerian lainnya juga," kata Sekretaris bidang Pengabdian - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB, Dr. Irwan Meilano.

Dalam survei-survei tersebut, dijelaskan Dr. Irwan, ITB bekerjasama dengan pemerintah, instansi dan lembaga penelitian guna menyediakan data dasar untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa. Sesudah tim awal ini selesai, tim lanjutan akan datang untuk lebih fokus terkait dengan membantu dalam pembuatan hunian sementara serta sanitasi pasca bencana.

"Persoalan besar di sini adalah rumah relokasi, yaitu mencari hunian sementara yang aman terutama dari bahaya longsoran / likuifaksi dan juga gempa-gempa susulan, nah itu yang sedang kita cari. Semoga data yang dikumpulkan dapat membantu pemerintah untuk keperluan ini. Kemudian akan berangkat juga dalam waktu dekat tim yang akan membantu pembuatan hunian sementara" katanya.

Selain itu, tim berencana untuk melakukan pemetaan wilayah kerusakan melalui foto udara dengan memakai pesawat drone juga akan dilibatkan. Tim tersebut dapat melakukan pemetaan cepat dalam rangka menyediakan peta bagi proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa. Sementara terkait masalah air, dijelaskan Dr. Irwan, Tim ITB lebih memilih berfokus pada penyediaan alat penjernih air. 

Kerjasama dengan Universitas Tadulako
Selama melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Palu, ITB juga akan bekerjasama dengan Universitas Tadulako (Untad) sebagai partner dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa terutama untuk penyediaan hunian sementara.  Pertemuan awal telah dilakukan kemarin bersama ketua LPPM Univ. Tadulako.

"Tim pembuatan hunian sementara tersebut akan bekerjasama dengan Universtias Tadulako, juga dalam hal persoalan sanitasi karena itu menjadi persoalan yang klasik di daerah pengungsian bencana. Jadi tim hunian sementara itu akan bekerjasama dengan tim sanitasi," katanya.
Dijelaskan Dr. Irwan, Tim ITB kali ini akan mensuport kementerian dan lembaga, yang berwenang." pungkasnya.

Sebelumnya, ITB telah mengirimkan bantuan makanan, handuk, perlengkapan bayi, dan obat-obatan kepada korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Senin, (1/10/2018). Bantuan tersebut dikirimkan melalui Posko Bantuan TNI AU untuk Palu Di Bandara Halim Perdanakusuma.

Reporter : Adi Permana