ITB CEO Summit: Diskusi Panel tentang Keberlanjutan Air, Solusi Inovatif dan Teknologi Modern

Oleh Ahmad Fauzi - Mahasiswa Rekayasa Kehutanan, 2021

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi Institut Teknologi Bandung (DKST ITB) menyelenggarakan ITB CEO Summit pada Kamis (22/8/2024), di ITB Kampus Ganesha, Bandung.

Dalam salah satu rangkaian acaranya terdapat sesi diskusi panel bertajuk Akuisisi dan Eksploitasi Inovasi Industri Kluster Teknologi dan Penyediaan Air yang berlangsung di Aula Timur ITB Kampus Ganesha.

Sesi diskusi ini diisi oleh empat pembicara yakni Dades Prinandes, S.T., M.Si. sebagai Kasubdit Perencanaan Teknis, Direktorat Air Minum, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Ir. Yan Kuryana Wiriadipura., IPU., ASEAN Eng., sebagai Project Director PT Meta Adhya Tirta Umbulan, Fenti Handayani, S.T., MBA sebagai Vice President of Business Development PT Krakatau Tirta Industri, serta Rahadian Isnoor sebagai Chief of Service Division PT Coway International Indonesia. Diskusi ini dimoderatori oleh Ir. Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng., Ph.D.

Dades Prinandes, S.T., M.Si., menjelaskan bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) menargetkan pada tahun 2045, 100% masyarakat perkotaan memiliki akses air siap minum perpipaan. Saat ini, akses air siap minum perpipaan baru mencapai 11,8%. Menurutnya, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan beberapa langkah, di antaranya pengisolasian sistem yang akan memudahkan pengendalian, penerapan rencana pengamanan air minum (water safety plan) perbaikan tata kelola pemerintahan dan digitalisasi, serta transformasi.

Kemudian, beliau juga memaparkan bahwa saat ini NRW (non revenue water) di Indonesia saat ini masih berada di angka 33% ketika negara-negara maju sudah di bawah 10%.

“Sektor air minum itu tidak hanya masalah pengelolaan airnya, tetapi juga mencakup bagaimana penyelenggaraan air minum yang efektif, efisien, dan ekonomis. Karena kecenderungannya ketersediaan air kehandalannya makin minim, serta kualitasnya makin menurun. Ke depannya, diperlukan multidisiplin ilmu yang diterapkan dalam pengelolaan air minum. Setidaknya kita bisa mengurangi gap dengan negara maju," ujarnya.

Setelah itu, sesi dilanjutkan dengan pemaparan dari Ir. Yan Kuryana Wiriadipura., IPU., ASEAN Eng., terkait Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan. Beliau menjelaskan bahwa SPAM Umbulan merupakan sistem penyediaan air minum yang saat ini melayani 5 kabupaten kota, seperti Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Pasuruan, dengan pipa sepanjang 97 kilometer.

Meski begitu, beliau juga mengungkapkan terdapat berbagai dalam pengelolaan SPAM Umbulan, di antaranya adalah penurunan debit air serta daerah aliran sungai yang semakin rusak karena peningkatan aktivitas manusia di kaldera gunung Bromo. Beliau menyebutkan bahwa SPAM Umbulan berkomitmen membantu pemerintah dalam menyediakan air minum dan menurunkan NRW (non revenue water) sehingga kapasitas air dapat ditambah.

“Diperlukan multidisiplin ilmu untuk mewujudkan NRW agar bisa di bawah 10% seperti Singapura, Jepang," tuturnya.

Kemudian, materi dilanjutkan dengan pemaparan dari Fenti Handayani, S.T., MBA dari PT Krakatau Tirta Industri (KTI). PT KTI adalah anak dari PT Krakatau Steel yang bergerak di bidang penyediaan air yang berada di Kota Cilegon, Banten. Kegiatan pengolahan air diambil dari sungai Cidanau, bersumber dari danau alam Rawa Dano dan sungai Cipasauran.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi oleh PT KTI adalah jarak dari sumber air yang cukup jauh sepanjang 30 km. Inovasi yang dilakukan oleh PT KTI adalah pengolahan air laut menjadi air yang siap digunakan. Selain itu, dilakukan juga skema jasa lingkungan dengan pemberian kompensasi kepada masyarakat daerah hulu agar tidak menebang pohon, sehingga kuantitas dan kualitas air yang mengalir ke hilir dapat terjaga.

“Banyak pohon yang berada di hulu merupakan milik masyarakat, yang jika mereka membutuhkan uang, mereka akan menebang pohon tersebut. Kita tidak bisa melarang mereka (melakukan itu), maka istilahnya pelanggan hilir membayar ke pelanggan hulu," ungkapnya.

Lalu, pemaparan terakhir oleh Rahadian Isnoor dari PT Coway International Indonesia. Perusahaan ini bergerak dalam penyediaan air minum dengan teknologi filter. Ia menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh Coway saat ini adalah kesadaran konsumen masih rendah terkait air minum yang aman dan persepsi konsumen terkait efektivitas Water Purifier Coway.

Saat ini, inovasi dan kolaborasi yang telah dilakukan oleh Coway adalah kerjasama Water Quality Laboratory ITB dan Coway, sertifikasi halal dari MUI, serta Product Donation di beberapa tempat seperti di stasiun kereta api.

“Kalau bapak ibu lihat, sekarang di hampir semua stasiun kereta api sudah ada produk kami. Jadi ke stasiun tidak perlu membeli air minum, cukup membawa botol kosong dan mengisinya di stasiun.” pungkasnya.

Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)