ITB CEO Summit on Innovation : Riset dan Inovasi sebagai Kunci Kesejahteraan Nasional

Oleh Aldy Kurnia Ramadhan

Editor Aldy Kurnia Ramadhan

BANDUNG, itb.ac.id - Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) Institut Teknologi Bandung menggelar sebuah acara bertajuk ITB CEO Summit on Innovation dengan tema Innovation For Value Creation pada Senin (22/08/16) di Aula Barat dan Aula Timur ITB. Acara yang mengagendakan seminar serta diskusi antara universitas, industri, dan pemerintah tersebut dihadiri oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, Ketua LPIK ITB Prof. Dr. Suhono Harso Supangkat, perwakilan dari beberapa kementerian, para pelaku industri, serta perwakilan pemerintah-pemerintah daerah dari beberapa kota dan kabupaten di Pulau Jawa.

Acara tersebut dibuka dengan sambutan oleh Ketua LPIK ITB dan Rektor ITB. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan agenda Sambutan dari Direktur Jendral Penguatan Inovasi Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Dr. Ir. Jumain Appe, M.Si. Setelah itu, Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementrian BUMN Republik Indonesia, Edwin Hidayat Abdullah, menyampaikan pidato kunci pertama dengan tema paparan "Strategi dan Investasi Inovasi BUMN untuk Peningkatan Daya Saing dan Kandungan Nasional".


Tingkatkan Riset dan Inovasi


Pidato kunci kedua disampaikan oleh Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI / Sekretaris Utama Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP dengan tema "Perencanaan Pembangunan Inovasi Nasional". Beliau menyampaikan bahwa pendidikan tinggi jangan hanya dimaknai sebagai kelanjutan dari pendidikan menengah saja, melainkan sebagai peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai bagian dari pengembangan kemampuan bersaing. Oleh karena itu, perguruan tinggi diharapkan menjadi tempat bagi pengembangan ipteks dan inovasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan bangsa untuk terus bersaing di kancah global. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia usia lebih dari 25 tahun yang mengenyam pendidikan tinggi baru mencapai 8%. Presentase ini tentunya masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah total rakyat Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa. Selain itu, alokasi anggaran untuk penelitian dan pengembangan di Indonesia hanya 0.08% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN saja angka tersebut masih teramat kecil. Lebih lanjut Dr. Imron menyatakan bahwa rasio ilmuwan atau peneliti per satu juta jiwa penduduk Indonesia masih bertengger di angka 1.07, serta hanya terdapat beberapa perguruan tinggi di Indonesia (termasuk ITB) yang dinilai sudah mapan secara kelembagaan untuk mengembangkan system inovasi melalui riset-riset ilmiah baik dasar maupun terapan. Beliau juga mengimbau kepada para pelaku usaha agar berinvestasi di bidang pelatihan dan pengembangan demi terciptanya penguatan ekonomi nasional. ITB sendiri selama ini memiliki target inovasi di bidang transportasi, bidang natural renewable energy dengan target penggunaan 17% pada tahun 2025, serta panas bumi (geothermal) dengan target 5900 MW pada tahun 2025.


Menuju Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan


Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian pidato kunci ketiga oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D. yang disampaikan melalui video. Dalam paparannya, beliau menyampaikan bahwa inovasi adalah kunci dari peningkatan produktivitas nasional yang dapat meningkatkan kesejahteraan nasional. Selama ini tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup baik dan stabil pada angka 5,5%. Meskipun demikian, tingkat kesenjangan baik vertikal maupun horizontal Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Indonesia sebenarnya mempunyai modal sumber daya manusia yang melimpah sehingga bila dikembangkan dengan baik Indonesia dapat menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi yang membanggakan di masa yang akan datang. Sri Mulyani menambahkan bahwa pemerintah saat ini sangat mendukung usaha peningkatan ekonomi berbasis inovasi dan produktivitas demi terciptanya kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Salah satu upaya pemerintah dalam mendukung hal tersebut adalah dengan mengatur kebijakan fiskal sehingga mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi. Dana yang cukup besar tersebut diharapkan dapat mendukung riset dan pengembangan teknologi Indonesia. "Saya berharap fasilitas dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat menciptakan lingkungan bagi kalangan akademisi dan bisnis untuk mengembangkan penelitian dan inovasi sehingga dapat memperbaiki kualitas dan produktvitas inovasi Indonesia," pungkasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan agenda penyampaian pidato oleh pembicara kunci keempat Ir. Made Dharma Harthana, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Iklim Usaha Industri Kementrian Perindustrian RI dengan tema "Kebijakan dan Strategi Industri Nasional", sesi paralel, dan ditutup dengan wrap-up oleh Direktur Utama PT. Pos Indonesia (Persero), Gilarsi W. Setijono.