ITB dan Chevron Resmikan Laboratorium Petrofisika FTTM

Oleh Vernida Mufidah

Editor Vernida Mufidah

BANDUNG, itb.ac.id - Bekerja sama dengan PT Chevron Pacific Indonesia, Institut Teknologi Bandung meresmikan Laboratorium Petrofisika - Teknik Reservoir, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB pada Jumat (2/12/11). Acara peresmian ini dihadiri Rektor dan Dekan-Dekan Fakultas/Sekolah ITB, Direktur Utama PT Chevron Pacific Indonesia, serta perwakilan dari kantor pusat Chevron Corp, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Sebuah world technical university tidak cukup mengajarkan dari textbook," ujar Akhmaloka dalam sambutannya, "Dibutuhkan pengetahuan lapangan agar lulusannya dapat menjadi sumber daya manusia yang unggul.

Laboratorium yang didirikan bukanlah laboratorium petrofisika pertama yang dimiliki ITB. Namun, peralatan yang terdapat pada laboratorium sebelumnya telah cukup lama  berumur. "Peralatan yang sebelumnya berusia dua puluh lima tahun," ungkap Abdul Hamid, Direktur Utama PT Chevron Pacific Indonesia. "Sebenarnya dulu peralatan itu juga dari kami, namun kala itu nama kami masih Caltex, belum menjadi Chevron," lanjutnya.

"Alat-alat baru dibutuhkan untuk menghasilkan lulusan yang handal. Jika penggunaan alat-alat yang digunakan di lapangan tidak diajarkan pada kuliah, maka saat memasuki dunia industri, akan terjadi kegamangan," jelas Abdul Hamid, "Dan ini akan berakibat fatal, karena kita sudah memasuki zaman globalisasi," lanjutnya

Pembangunan laboratorium ini adalah hasil kerjasama ITB dengan Chevron, bagian dari program kemitraan Chevron dengan perguruan tinggi yang dikenal sebagai University Partnership Program (UPP). Selain pembangunan laboratorium ini, Chevron juga memberi beasiswa bagi mahasiswa berprestasi ITB, mengadakan kuliah tamu, serta mengirim mahasiswa dan dosen ITB terpilih ke luar negeri untuk kunjungan industri.

Bangun Kerjasama
Akhmaloka menyambut hangat kerjasama ITB dengan Chevron ini. Ia menuturkan ITB sangat mendukung kolaborasi dengan para pelaku industri. Selain laboratorium ini, ITB juga sudah bekerjasama dengan pelaku industri lainnya. Sebagai contoh, ITB baru-baru ini bekerjasama dengan Indosat untuk membangun pusat inovasi telekomunikasi.ITB juga bekerjasama dengan Huawei dalam membentuk pusat pelatihan telekomunikasi.

"Yang penting adalah kerjasama. Perguruan tinggi dan industri saling membutuhkan, namun selama ini di Indonesia banyaknya sama-sama diam. Banyak riset perguruan tinggi di Indonesia dinilai tidak aplikatif, karena tidak ada sangkut pautnya dengan dunia industri." tutur Akhmaloka

"Namun perlu diingat bahwa kerjasama bersifat dua arah. ITB butuh apa, industri butuh apa, harus bisa saling membantu," tekan Akhmaloka. Ia juga berharap bahwa pemberian laboratorium ini bukan charity. "ITB juga harus bisa memberi sesuatu untuk para pelaku industri," ujarnya.

 

[Oleh: Tubagus Andhika Nugraha]