ITB Dirikan Shelter dan Lakukan Pendampingan Trauma Healing di Lokasi Gempa Sulbar

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Proses pembangunan shelter di Sulbar. (Foto: LPPM ITB)

SULBAR, itb.ac.id—Institut Teknologi Bandung kembali memberangkatkan tim kedua ke Sulawesi Barat (Sulbar) dalam rangka kegiatan tanggap bencana gempa Sulbar untuk pendampingan trauma healing dan pembangunan shelter pengungsi, Kamis (28/1/2021). Tim kedua ini terdiri dari dua dosen FSRD yaitu Ardhana Riswarie, MA., AThR dan Patriot Mukmin, M.Sn. yang akan berperan dalam trauma healing dengan metode Community-Based Art Psychotherapy kepada anak-anak korban gempa.

Sebagai bagian dari implementasi program kegiatan humanitarian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka, ITB juga memberangkatkan 1 mahasiswa S2 FSRD ITB Eljihadi Alifin, dan 4 mahasiswa Arsitektur ITB; Farhan Darsa, M. Isa Tsaqif, M. Arya Wicaksono, dan Abdul Azis. Mereka akan membantu pembangunan Tunnel Shelter, Instalasi Penjernih Air, hingga melakukan kegiatan trauma healing di berbagai titik pengungsian seperti di Stadion Manakarra Mamuju, posko pengungsian Limbeng, Desa Takandeang, Kec. Tappalang, posko pengungsian Petakeang, Kel. Galung, Kec. Tappalang, hingga ke Majene.

Tim tanggap bencana LPPM ITB bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) Unair, Unhas, Unesa, ICCN, BSMI, Wanadri, Rumah Amal Salman, DT Peduli, I-deru, dan relawan lainnya, untuk memberikan pelayanan yang tersebar ke seluruh kecamatan.

“Tim tanggap bencana LPPM ITB dan mitra sukarelawan dari Palu telah turun dan berkegiatan di lapangan dari tanggal 21 Januari 2021 dan akan melanjutkan kegiatan hingga 6 Februari 2021 nanti. Kegiatan ini mengisi masa tanggap bencana yang ditetapkan pemerintah dan mendampingi masyarakan terdampak untuk masa pemulihan,” ujar Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat LPPM-ITB, Deny Willy, Ph.D., kepada Humas ITB, Jumat (29/1/2021).

Hingga saat ini, shelter pertama telah dibangun di Posko Stadion Manakarra atas rekomendasi dari desk relawan untuk mendukung kegiatan trauma healing pengungsi. Di lokasi yang sama, tim ITB juga menginstal alat penjernih air siap minum yang ditempatkan di dapur umum yang dikelola Tagana dan TNI untuk memasok kebutuhan air bersih dan air siap minum.

Shelter kedua dibangun di posko Limbeng, Desa Takandeang, Kec. Tappalang. Shelter ini juga difungsikan untuk pos trauma healing pengungsi. Selain itu, di lokasi ini tim ITB bersama DT Peduli juga membangun instalasi air bersih siap minum. Masyarakat mengaku sangat terbantu karena sumber air di sekitar mereka adalah air kapur dan tidak aman untuk dikonsumsi.


*Salah satu anggota tim dari ITB sedang menggelar kegiatan trauma healing di shelter yang telah dibangun ITB. (Foto: LPPM-ITB)

Dua unit alat penjernih air siap minum lainnya diletakkan di Pelabuhan Palipi, Majene, dan diserahkan kepada relawan BSMI untuk digunakan secara mobile di posko-posko pengungsian sekitar Mamuju dan Majene.

“Karena banyaknya kebutuhan shelter di area pengungsian, ITB bersama Rumah Amal Salman (RAS) menambah pembangunan 2 unit shelter yang sudah mulai dibangun di 2 lokasi. Lokasi pertama adalah posko pengungsian Kelurahan Dayanginnah, Kecamatan Tappalang, dan kedua di posko lingkungan petakeang-talange, Kelurahan Galung, Kecamatan Tappalang. Selain itu, ITB juga mengirimkan tambahan 4 unit tenda keluarga untuk pengungsi di posko petakeang dan posko pempioang,” kata Denny.

Sebelumnya, tim pertama ITB telah diturunkan selama 1 minggu membangun 2 shelter dan pemasangan 4 unit ultrafiltrasi penjernih air siap minum untuk penyintas Gempa Sulawesi Barat di Mamuju dan Majene.


*Foto-foto: LPPM-ITB