ITB Dukung Keamanan Informasi Melalui Pembentukan CSIRT Perguruan Tinggi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang sangat cepat dan dinamis mengikuti kebutuhan para penggunanya. Seiring perkembangan tersebut, kerentanan serangan siber pun semakin meningkat. Diperlukan adanya CSIRT (Computer Security Incident Response Team) yang bertugas mendeteksi dan menangani insiden siber secara tepat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif.
CSIRT merupakan bentuk dukungan satuan kerja Kemendikbudristek dan Perguruan Tinggi terhadap EduCSIRT (Education Computer Security Incident Response Team) dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai koordinator dan kolaborator layanan keamanan siber pada sektor pemerintahan khususnya sektor pendidikan baik internal maupun eksternal, mengidentifikasi kerentanan keamanan secara menyeluruh, meningkatkan respons aspek keamanan kepada seluruh satuan unit kerja Kemendikbudristek, dan meningkatkan mutu layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pendidikan dan kebudayaan dari ancaman siber.
Pada acara Koordinasi Pembentukan CSIRT Perguruan Tinggi yang dilaksanakan di Labtek 1 Kampus ITB Ganesha, ITB bersama 9 Perguruan Tinggi lainnya berkomitmen membentuk CSIRT di masing-masing kampus dengan harapan dapat mendeteksi insiden dan security events dengan cepat dan secara akurat menyampaikan informasi kepada organisasi, dokumentasi dan berbagi pengetahuan dalam penanganan insiden, serta meningkatkan kualitas keamanan untuk mencegah terulangnya insiden. Kepala Pusdatin, Muhammad Hasan Chabibie mengatakan bahwa sudah dilakukan sosialisasi di beberapa lokasi (selain di Bandung ini) mengingat Pembentukan CSIRT ini penting untuk dilakukan.
Daftar Perguruan Tinggi yang diundang pada acara di Bandung adalah sebagai berikut:
1 Institut Teknologi Bandung
2 Politeknik Negeri Bandung
3 Universitas Pendidikan Indonesia
4 Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
5 Politeknik Manufaktur Bandung
6 Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung
7 Universitas islam Negeri Sunan Gunung Djati
8 Universitas Kristen Maranatha
9 Universitas Islam Bandung
10 Universitas Komputer Indonesia
Menurut Direktur Teknologi Informasi ITB, Mugi Sugianto mengatakan keamanan data dan informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan utama bagi semua institusi baik private ataupun public. Apalagi PTN yang memiliki komunitas dengan tingkat pendidikan yang cukup baik agar bisa menjadi contoh yang baik pula dalam mengimplementasikan IT security di lingkungannya. Diperlukan arahan dari Pusdatin Kemendikbudristek terkait framework cyber security yang baku sehingga bisa diimplementasikan dengan mudah oleh Perguruan Tinggi termasuk teknologi tepat guna apa yang bisa diterapkan.
Selain itu, berdasarkan Perpres Nomor 47 Tahun 2023 tentang Strategi Keamanan Siber Nasional dan Manajemen Krisis Siber, ITB sendiri telah melakukan upaya pengamanan teknologi informasi dengan memasang perangkat firewall, menerapkan Single Sign On (SSO), mengaktifkan Multifactor Authentication (MFA) serta melakukan penetration test pada aplikasi dan server internal secara berkala.
Mugi juga menekankan pentingnya awareness cyber security dari semua civitas akademika dan tenaga kependidikan terutama manajemen Perguruan Tinggi untuk mendukung implementasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) di lingkungan Perguruan Tinggi, selaras dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Nomor 11 Tahun 2022 yang mengatur tentang Sistem Manajemen Keamanan Informasi pada Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Karena segala upaya pengamanan informasi tidak akan optimal terwujud tanpa adanya keterlibatan semua pihak, baik pada tingkatan personal maupun organisasi.
Sumber: Rilis Berita dari DTI ITB