ITB Financial Industries Days #1: Peran Perguruan Tinggi dalam Industri Finansial
Oleh Owen Nixon Jimawan
Editor Owen Nixon Jimawan
Seminar ini kemudian dibuka dengan pemukulan gong oleh Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi selaku Rektor ITB bersama dengan perwakilan dari Bursa Efek Indonesia. "Mari kita bergerak bersama-sama untuk saling mengisi dan meminimalisasi jarak yang ada antara perguruan tinggi dengan industri keuangan sehingga nantinya dapat membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah yang ada," ujar Prof. Kadarsah ketika membuka acara seminar ini. Ia juga berharap hubungan antaruniversitas dapat saling mengisi dan melengkapi agar mampu lebih maju bersama-sama.
Peran Perguruan Tinggi dalam Pasar Modal
Sesi pertama acara dibuka dengan pembahasan mengenai pasar modal dan pasar keuangan dengan menghadirkan langsung Luthfi Zain Fuady, SH., MM. selaku Direktur Direktorat Hukum Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Yusman selaku Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 1A OJK, dan Iene Muliati selaku Spesialis Perlindungan Sosial World Bank. Industri keuangan tidak terlepas dari kehidupan dan dunia investasi yang bernilai besar akan tetapi penggunanya masih sedikit. Hal ini menunjukkan pentingnya peranan matematika dalam industri keuangan, seperti penggunaan logika cara berpikir dan statistika. Sebagai contoh ketika suatu perusahaan menjual sahamnya untuk pertama kali ke publik (Initial Public Offering), OJK tidak mengambil peranan dalam penentuan harga melainkan hal ini sepenuhnya diserahkan kepada pihak pengelola industri.
Pengelola industri ini pula yang nantinya akan mencari tenaga ahli dalam menentukan harga sehingga secara langsung peran matematikawan akan diperlukan. Banyaknya resiko yang terdapat dalam pengelolaan industri keuangan bukanlah hal yang paling krusial melainkan apa yang menjadi penyebab resiko tersebut. Dengan begitu dapat kita perkirakan betapa pentingnya hal-hal yang dipelajari di universitas untuk masa depan sektor industri keuangan. Saat ini mayoritas pekerja di Indonesia hanya lulusan SMP/SMA (sekitar 60%) sehingga tidak banyak yang paham mengenai polemik keuangan. Apabila kita tinjau, di pasar modal sendiri terdapat sekitar 65% investasi yang dikuasai oleh investor asing sedangkan orang Indonesia sendiri lebih banyak yang memilih melakukan investasi di luar negeri karena merasa sistematikanya jauh lebih baik (good government). Melihat kondisi tersebut, diharapkan ITB dan perguruan tinggi lainnya mampu membuat terobosan yang inovatif sehingga dapat membentuk industri baru yang lebih baik dan uang yang tersimpan dapat memutar roda perekonomian negara dengan optimal.
Peran Aktuaris di Perbankan dan Asuransi
Sesi selanjutnya membahas mengenai prospek asuransi dan perbankan, dalam sesi ini dihadirkan Direktur Utama Mandiri Inhealth, Iwan Pasila; praktisi di dunia perbankan, Heru Absoro dan Sapti Wahyudi; Co-Founder dan CEO PT Majoris Asset Management, Zulfa Hendri. Pasalnya, kinerja pasar modal turut serta mempengaruhi asuransi. Pemenuhan kebutuhan pasar dengan suatu produk tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar saja dengan metode pemasaran yang intensif tetapi juga untuk memasarkan produk yang profitable. Produk berkembang sejalan dengan ketersediaan aset, maka dari itu diperlukan tenaga ahli untuk menganalisisnya. Dalam hal ini peran aktuaris menjadi pihak yang paling banyak diperlukan meskipun di Indonesia mayoritas masih menggunakan jasa aktuaris asing hingga sekarang. Menilik kondisi tersebut, menjadi sebuah keharusan bagi industri keuangan untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam mengembangkan dunia investasi karena dari perguruan tinggi inilah nantinya para aktuaris dilahirkan.
Seusai pemaparan mengenai keterkaitan peran antara perguruan tinggi dengan industri keuangan, seminar ini diakhiri dengan penandatanganan MoA (Memorandum of Agreement) antara Alumni Matematika ITB dan P2MS ITB untuk mendukung ITB Continuing Education on Capital Market.