P-P2Par ITB Berkolaborasi dengan Disparbudkepora Bangka Belitung untuk Wujudkan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Oleh Abadi Raksapati - P-P2Par ITB
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANGKA BELITUNG, itb.ac.id - Pusat Perencanaaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disparbudkepora) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2025 menyelenggarakan serangkaian kegiatan untuk menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (Ripparprov) Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2025-2045. Kegiatan yang telah dimulai dari Juli dan akan berakhir pada Desember 2025 ini diharapkan dapat menghasilkan dokumen kajian Ripparprov lengkap dengan draf naskah akademik dan juga draf rancangan peraturan daerah (Ranperda) Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung.
Kegiatan ini merupakan bentuk respons cepat dari Disparbudkepora untuk menyusun pengganti peraturan yang sama yang akan berakhir tahun ini. Selain itu, peraturan ini diharapkan dapat menjadi rujukan pembangunan kepariwisataan di tingat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam rangka penyusunan Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung, pada 5 November 2025 diadakan diskusi terpumpun dengan seluruh perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Bappeda kabupaten/kota se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan ini turut dihadiri perwakilan dari dinas terkait pariwisata di tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di antaranya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Pertanian, Bappeda, Dinas Koperasi dan Usaha Menengah Kecil, Dinas Tenaga Kerja, DPMPTSP, dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta perwakilan dari BKSDA Sumatera Selatan.

Turut hadir perwakilan dari industri pariwisata dan lembaga pendidikan, dari Universitas Bangka Belitung, IAIN SAS, Universitas Muhammadiyah, Atma Luhur, Institut Citra Internasional, IATTA, HPI dan ASTINDO. Kehadiran perwakilan Kabupaten/kota dan juga dari lembaga pendidikan serta asosiasi profesi usaha pariwisata tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan semangat dan kepedulian bersama seluruh pemangku kepentingan pariwisata untuk membangun kepariwisataan Bangka Belitung agar lebih baik di masa depan.
Kegiatan yang dilaksanakan di Grand Hotel Manggala Pangkal Pinang ini menyepakati beberapa poin penting, di antaranya terkait dengan visi dan arah kebijakan pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dua puluh tahun ke depan.
Kegiatan penyusunan Ripparprov ini dipimpin ahli perencanaan kepariwisataan, Yani Adriani, beserta sejumlah tenaga ahli yang kompeten di bidangnya, yaitu Abadi Raksapati sebagai ahli kelembagaan kepariwisataan, Rikeu Rugarmika ahli perencanaan wilayah dan kota, Asad Farag ahli pemasaran pariwisata, Fanny Kristiadhi ahli kelautan, Ricky Doddy Sianturi ahli transportasi, Candra Purnama ahli lingkungan, Panji Ardiansyah ahli sosial budaya, Mika Rizki Puspaningrum ahli geologi, Ersalora Lutfianti ahli Industri pariwisata, dan Mustika Ratna Dewi ahli manajemen destinasi.
Bangka Belitung merupakan daerah yang memiliki nilai dan keunikan baik dari sisi geografis, sejarah maupun budaya. Hal ini menjadi kekuatan utama daerah tersebut dalam mengembangkan berbagai potensi geografis, sejarah, dan budaya tersebut menjadi daya tarik wisata bernilai yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan tersebut.

Dari sisi geografis Bangka Belitung merupakan pulau yang memiliki keindahan alam. Rangkaian batuan granit di sepanjang pulauanya telah menjadi ciri khas kawasan ini. Keindahan lainnya pun berada di bawah lautnya. Biota laut dengan banyaknya lokasi kapal karam menjadikan kawasan perairan Bangka Belitung menjadi titik snorkeling dan juga menyelam yang unik dan menarik. Hal ini menjadi salah satu keunggulan yang layak untuk terus didorong sebagai daya tarik wisata unggulan.
Sementara itu, dari sisi sejarah, Bangka Belitung telah dikenal sebagai pulau penghasil timah sejak zaman kerajaan. Selain itu, letaknya yang strategis di alur utama pelayaran nusantara, menjadikan kawasan tersebut saksi perjalanan sejarah peradaban nusantara. Sejarah dari masa kerajaan hingga perjuangan kemerdekaan menempatkan Bangka Belitung dalam posisi yang sangat penting.
Budaya Bangka Belitung juga sangat unik yang dibentuk oleh kondisi geografisnya yang berada di jalur pelayaran utama sehingga beragam etnik mendiami kawasan ini. Selain itu, sebagai daerah pertambangan yang telah berkembang lama, Bangka Belitung yang menjadi melayu juga dihuni oleh komunitas Tionghoa dalam jumlah besar. Interaksi antara melayu dan Tionghoa di Bangka Belitung menjadikan budaya Bangka Belitung begitu kaya akan nilai-nilai toleransi yang terjaga hingga kini.
Kekayaan geografis, sejarah, dan budaya ini menjadi modal penting dalam pengembangan kepariwisataan di provinsi tersebut yang dapat diintegrasikan dengan potensi lainnya. Selain itu, modal sumber daya manusia pariwisata di kawasan ini juga belum sepenuhnya dioptimalisasi untuk berperan aktif dalam pembangunan kepariwisataan.
Harapan yang digantungkan terhadap pariwisata sebagai sektor hijau yang dapat menjadi tumpuan dalam proses transformasi ekonomi kawasan diharapkan dapat bejalan dengan baik dengan disusunnya Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung. Ripparprov ini juga sejalan dengan regulasi lainnya yang telah ditetapkan untuk mendukung tercapainya Indonesia Emas di tahun 2045.









