ITB Gelar Seminar Pemanfaatan Bahasa Daerah dalam Keamanan Jejaring
Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Terdapat dua topik utama pada seminar ini. Kedua topik ini antara lain mengenai pemetaan dan identifikasi bahasa di Indonesia, peran teknologi digital dalam pelestarian budaya serta peran linguistik dalam ketahanan dan keamanan nasional. Kedua topik tersebut masing-masing disampaikan dalam empat ceramah berbeda oleh narasumber Prof. Dr. Multamia R.M.T. Lauder dari Universitas Indonesia, Prof. Sangkot Marzuki dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Yusep Rosmansyah, Ph.D dari Institut Teknologi Bandung serta Ari Barmawi, Ph.D dari Telkom University.
Seminar ini merupakan seminar kelima dari rangkaian seminar KKIK. Dalam setahun, kelompok keahlian ini mengadakan dua seminar sebagai agenda utama, yaitu seminar keilmuan pada bulan Juni dan pengembangan karakter pada bulan November. Tema budaya teknologi diangkat, dianggap Dr. Dicky R Munaf selaku ketua KKIK, akan berperan sangat penting pada abad industri teknologi informasi ini. Teknologi telah membawa banyak perubahan pada tatanan masyarakat dengan derasnya lalu lintas informasi. Apalagi bagi Indonesia, sebagai negara dengan pengguna internet tertinggi ke-6. Maka dari akses informasi yang begitu leluasa, mengakibatkan isu keamanan jaringan menjadi sangat penting. Bahasa-bahasa daerah yang beragam di Indonesia bisa menjadi alatnya.
Menurut Dekan FSRD, Dr. Imam Santosa, makna bahasa pada saat ini berkembang ke arah yang lebih besar. Bahasa saat ini tidak lagi hanya merupakan alat komunikasi, namun menjadi lebih rumit lebih krusial jika dihubungkan dengan struktur global seperti ekonomi kebudayaan dan sosial. Saat ini peradaban manusia sudah mencapai masa ketiga, dimana lini-lini kehidupan utama telah berganti. Dai yang awalnya berupa pertanian dan agrikultur saja, menjadi industri dan saat ini menjadi informasi dan teknologi. Pada abad Teknologi Informasi ini, bahasa memegang andil yang besar dalam pengembangannya di masa yang akan datang.
Bahasa menjadi kebutuhan utama komunikasi secara global. Namun sayangnya terdapat dampak negatif dari munculnya bahasa global. Pada beberapa daerah, ditemukan fenomena penguatan bahasa lokal dengan perkrmbangan bahasa global. Namun di Indonesia sendiri hal ini tidak terjadi. Terdapat sekitar 700 bahasa di Indonesia dan saat ini hampir mengalami kepunahan. Hanya 10-13 bahasa daerah utama saja yang umum digunakan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemetaan bahasa dan budaya melalui geolinguistik dan genolinguistik. Pemetaan bahasa di Indonesia dianggap penting bagi Dicky. Selain melestarikan bahasa itu sendiri, hal ini juga dapat digunakan dalam keamanan teknologi jaringan digital. Kerahasiaan data digital dapat dilakukan dengan penyandian data atau enskripsi bahasa daerah melalui steganografi dan kriptolinguistik.
"Diperlukan kolaborasi antara ilmuwan, teknokrat, linguis dan peneliti sosial dan humaniora untuk mencapai tujuan-tujuan pelestarian bahasa dan budaya serta pemanfaatannya dalam sistem keamanan jaringan. Seminar ini diharapkan bisa mempersiapkan masa depan kemanan jaringan yang juga berpengaruh bagi kehidupan manusia", pesan Dicky.