Bersiap Mengabdi di Desa Ciporeat, Kuliah Tamu Pendikar ITB Bekali Peserta Pengetahuan Bahasa Sunda

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – KU-4093 Pendidikan Karakter (Pendikar) menggelar kuliah tamu bertajuk “Bahasa Sunda dalam Kehidupan Sehari-hari: Percakapan dan Ekspresi Budaya”, yang dilaksanakan secara daring, Rabu (20/4/2023).

Dalam kesempatan ini, peserta diberikan pemahaman mendasar mengenai beberapa aspek penting dalam bahasa Sunda sebelum mengikuti Community Engagement Camp (CEC). Nantinya, agenda CEC akan dibuka dengan live in (terjun ke masyarakat dengan tinggal sementara) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

CEC mengusung konsep multidimensi dinamis yang mencakup beberapa aspek dan perilaku dari koneksi, interaksi, partisipasi, dan keterlibatan komunitas. Puncak kegiatan CEC adalah proyek sosial dengan berbagai topik yang akan dilaksanakan akhir Mei 2024 mendatang.

Kuliah ini dipandu oleh seorang praktisi bahasa Sunda, Deni Abdul Ghoni S.Pd. yang saat ini sedang menempuh Program Magister Pendidikan Bahasa Sunda di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Deni juga aktif menerbitkan karya tulis seputar bahasa dan tradisi budaya sunda di berbagai jurnal ilmiah.

Beliau menjelaskan terdapat beberapa vokal bahasa Sunda, yakni a/i/u/é/o/e/eu. Huruf e dapat dibaca secara tebal dan tipis. Pengucapan beragam vokal “e” memberikan makna yang berbeda. Sebagai contoh, bébér (membentangkan layar), beber (mengibaskan kipas), dan beubeur (sabuk).

Deni mengingatkan kepada para peserta untuk senantiasa menggunakan bahasa Sunda yang sopan dan halus. “Ketika teman-teman belajar bahasa sunda yang sopan, teman-teman dapat mengikuti bahasa sunda yang loma (akrab)," terangnya.


Dia pun menjelaskan, dalam percakapan dengan bahasa Sunda, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebut saja seperti dengan siapa kita berbicara, situasi ketika melakukan percakapan, konten yang dibicarakan, unggah-ungguh (sopan santun), dan nada bicara.

“Bukan mereka yang harus menyesuaikan. Teman-teman khususnya luar Jawa biasanya memiliki intonasi dan volume suara yang cukup tinggi. Mungkin nanti teman-teman bisa menurunkan nada menjadi lebih halus” pesan Deni.

Secara umum, terdapat dua tingkatan bahasa Sunda, yakni bahasa hormat dan bahasa loma (kasar). Bahasa hormat juga terbagi dua, hormat ka batur (kepada diri sendiri) dan hormat ka sorangan (kepada orang lain).

Lebih lanjut, Deni juga memberikan beberapa kosakata yang dianjurkan untuk dihafal dan umum digunakan saat kegiatan pengabdian masyarakat. Materi disampaikan secara interaktif dengan simulasi situasi komunikasi dalam bahasa Sunda.

“Selama teman-teman berkuliah di ITB, semoga bisa belajar bahasa Sunda lebih banyak lagi budaya sunda lebih banyak lagi bukan hanya hunting dan jalan-jalan” tutup Deni.

Sementara itu, Dosen Pembimbing CEC, Dr. Epin Saepudin, M.Pd., memberikan apresiasinya terhadap agenda ini. Menurutnya kegiatan ini sekaligus dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dari masyarakat Sunda.

“Mudah-mudahan bisa memberikan gambaran karakteristik masyarakat Sunda. Kemudian yang lebih penting bagaimana mereka (peserta) bisa mempraktikkan bahasa sunda dalam kehidupan sehari-hari," tuturnya.

Reporter: Muh. Umar Thoriq (Teknik Pangan, 2019)

Dokumentasi: Pribadi