ITB-KOICA Tingkatkan Kualitas Keamanan Bidang Cyber

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Di zaman perang teknologi saat ini, Cyber Security dapat berpengaruh pada kestabilan sebuah negara. Tindakan berupa pembajakan dan sabotase dunia maya hingga pencurian dokumen rahasia negara merupakan serangan cyber yang saat ini sering terjadi di beberapa negara. Serangan tersebut dapat menyerang sektor militer maupun non militer. Pada tahun 2015, diperkirakan penetrasi pengguna internet mencapai 87 juta orang. Kenaikan terebut akan diikuti oleh ancaman kejahatan di dunia maya. Dalam kasus ancaman serangan ini, Departemen Pertahanan Republik Indonesia berharap bukan hanya pihak militer namun semua lapisan masyarakat dapat membantu menjaga Indonesia dari Cyber Attack.

Beranjak dari permasalahan tersebut, semenjak 2013, Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali membuat sebuah terobosan baru di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dengan membangun fasilitas Cyber Security di kampus ITB Jatinangor. ITB menggandeng Pemerintah Korea Selatan, melalui institusi bernama Korean International Cooperation Agency (KOICA), mendirikan Gedung KOICA-ITB Cyber Security R&D Center yang telah diresmikan pada tahun lalu untuk menghadapi ancaman di dunia maya tersebut. Selain gedung tersebut, KOICA dan ITB juga bersepakat untuk saling mengimbangi dalam hal kemajuan teknologi cyber tersebut.

Pada Jumat (06/02/15), ITB kembali menandatangani kesepakatan bantuan Pemerintah Korea dalam meningkatkan infrastruktur pendidikan di ITB. MoU bertajuk Penyerahan Bantuan Alat Transportasi Pemerintah Korea Selatan Melalui KOICA-Indonesia tersebut bertujuan untuk meningkatkan keekselensian kedua pihak di pengembangan keamanan cyber tersebut. ITB mendapatkan bantuan berupa dua unit bus Handover KOICA-ITB Cyber Security Center guna meningkatkan kemampuan teknologi keamanan dunia maya, ekonomi dan SDM yang diharapkan nantinya mampu menghasilkan kualitas para pekerja kedua negara untuk bidang industri kedepannya.

Indonesia-Korea Selatan Perkuat Cyber Security

Hingga saat ini, Indonesia masih tergolong sebagai negara berkembang yang rentan isu-isu ancaman cyber, dan isu sensitif keamanan nasional. Kerjasama yang dijalan oleh kedua pihak ini diharapkan dapat mengambil peran yang lebih besar menghadapi ancaman seluruh masalah maya, dan tantangan terhadap penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi generasi muda Indonesia. Begitu pun untuk Korea Selatan, pada pertemuan tersebut, Ir. Yudi Satria Gondokaryono, M.Sc, Ph.D (Dosen Teknik Informatika ITB) menjelaskan bahwa, "Sebetulnya masalah yang kita hadapi bersama dengan Korea itu masalah kegiatan ekonomi yang pastinya menggunakan tekologi informasi (TI). Untuk itu jika kita mau berpartnership, security-nya harus sama-sama kuat. Makanya pemerintah Korea ingin kerjasama dengan kita untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan di bidang IT Security ini."

Lee Young In, Deputy Resident Representative KOICA for Indonesia, menjelaskan bahwa Indonesia merupakan potensi yang sangat besar dengan sumber daya manusia yang sangat baik di bidang cyber security. Pemerintah Korea membantu Indonesia dalam hal infrastrukturnya seperti bantuan pengadaan gedung KOICA-ITB  Cyber Security Center beserta isinya, termasuk sarana transportasi untuk siswa dan mahasiswa untuk menuju ke kampus ITB Jatinangor di mana Cyber Security Center berdiri. "Kami memilih ITB karena memang merupakan perguruan tinggi yang top di Indonesia terutama dari sisi teknologinya sehingga kami pun bisa melakukan studi banding agar bisa sama-sama kuat dalam menghadapi masalah security terbaru. Hanya saja mungkin dari sisi infrastrukturnya masih perlu ditingkatkan lagi," tutur Lee Young In, Kampus ITB Jatinangor, Jumat (06/02/15).

Kualitas SDM Indonesia Bidang Cyber Security

SDM Indonesia di bidang cyber security cukup mumpuni dan diakui kualitasnya. "Kalau soal kuantituas kita memang masih minim, karena itulah Cyber Security ini didirikan untuk menambah kuantitas ahli-ahli security yang banyak dibutuhkan baik oleh kalangan perusahaan swasta, industri, maupun pemerintahan kalau saja suatu saat kita diserang dari luar cyber security-nya," tambah Yudi Satria. Indonesia membutuhkan ribuan ahli security untuk menjaga semua aspek terkait aset vital negara seperti perbankan, PLN, BUMN dan aset vital lainnya. Sehingga, pembentukan Badan Security Nasional memang diperlukan sebagai wadah koordinasi jika suatu waktu negara kita mendapat serangan cyber security dari luar.

"Kami memilih ITB karena memang merupakan perguruan tinggi yang top di Indonesia terutama dari sisi teknologinya sehingga kami pun bisa melakukan studi banding agar bisa sama-sama kuat dalam menghadapi masalah security terbaru," tambah Lee. Pihak KOICA berharap bahwa kerjasama di bidang keamanan ini akan lebih komprehensif lagi untuk bertukar pengalaman dan transfer of knowledge.

Sumber informasi: stei.itb.ac.id dan www.balebandung.com