Lima Mahasiswa Pascasarjana ITB Mendapat Penghargaan dalam Ajang Imperial Barrel Award Competition
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id-- Mengukir prestasi merupakan salah satu tujuan yang dimiliki oleh setiap mahasiswa. Mengukir prestasi sendiri salah satunya dapat dilakukan dengan mengikuti berbagai perlombaan yang dapat mengukur serta meningkatkan kemampuan seorang mahasiswa. Sama halnya dengan beberapa Mahasiswa Pascasarjana Institut Teknologi Bandung, yang terdiri dari Santika Satya Widya (FITB), Ahmad Farhan Farabi (FTTM), Virga Hydra Sahara (FITB), Ikhsansyah Putra Pratama (FITB), dan Prayolandini Gantifa Andwitri (FITB) yang telah mengukir sebuah prestasi di tingkat dunia dalam ajang Imperial Barrel Award (IBA) Competition dan mendapatkan penghargaan di kategori Teamwork Excellent atau setara dengan Juara Harapan.
Kelima mahasiswa pascasarjana ITB yang didampingi oleh Prof.Ir. Benyamin Sapiie Ph.D. ini telah berhasil melewati beberapa babak perlombaan dari babak penyisihan pada 17 Desember 2019 - 23 Januari 2020 hingga babak semi final pada tanggal 26 Maret 2020, pada akhirnya tim dari ITB ini berhasil dinobatkan sebagai pemenang di tingkat Asia Pasifik dan menjadi perwakilan dari Asia Pasifik di tingkat dunia dalam babak final pada tanggal 6 Juni 2020. Pada awalnya, babak final akan diadakan di Houston, USA. Namun, dikarenakan adanya social-distancing akibat COVID-19, acara final telah berlangsung secara virtual.
Imperial Barrel Award (IBA) ini sendiri merupakan ajang kompetisi tingkat dunia yang diadakan oleh American Association of Petroleum Geologist (AAPG) tiap tahunnya. Dalam kompetisi ini, setiap peserta akan diberikan sebuah kasus dan data tentang industri minyak dan gas bumi. Kasus ini akan dianalisis berdasarkan aspek geologi dan geofisika.
"Nah untuk yang Global Final ini, pesertanya berasal dari seluruh dunia, yg membedakan adalah kualitas jurinya yang merupakan expertise dan petinggi di perusahaan-perusahaan besar seperti Saudi Aramco, Chevron, Schlumberger, dan Shell. Selain itu, kami melawan sekolah-sekolah di berbagai region (untuk detail region berada di website iba.aapg.org)”, tutur Santika yang merupakan salah satu anggota saat diwawancarai oleh reporter Humas ITB (05/07/2020).
Berbagai persiapan pun telah dilaksanakan, salah satunya dengan melakukan diskusi untuk melatih tingkat analisis dan pengetahuan mengenai metode-metode dan pendekatan geosains. Selain ilmu dan pengetahuan yang diperlukan saat memecahkan kasus, tim dari ITB pun berlatih bagaimana caranya untuk mempresentasikan dengan gaya bahasa dan tubuh yang baik, karena ini pun menjadi salah satu penilaian dalam perlombaan, baik di babak semi-final ataupun babak final nanti.
“Nah kalau di final ini penilaian secara garis besar tetap sama, juri mengevaluasi hasil interpretasi geologi yang kami lakukan. Namun, penilaian lebih ketat karena juri-jurinya pun merupakan juri-juri yang sudah berkecimpung di dunia hulu migas selama lebih dari 20 tahun dan memegang project di banyak negara, seperti di Gulf of Mexico, North Sea, Permian Basin, bahkan ada 2 juri pernah mengerjakan project di Indonesia. Oleh karena itu untuk tahap final ini penilaian lebih ketat dan detail,” tutur Santika kepada Reporter Humas ITB (6/7/2020).
Reporter: Hutahaean Andina Putri (SBM, 2021)