ITB Manfaatkan Teknologi Video Conference dalam Dunia Pendidikan

Oleh Shabrina Salsabila

Editor Shabrina Salsabila

BANDUNG, itb.ac.id - Dari waktu ke waktu teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang paling pesat. Perkembangan tersebut melahirkan berbagai teknologi canggih yang siap membantu aktivitas manusia. Termasuk diantaranya adalah teknologi video conference yang dapat membuat komunikasi audiovisual dua arah dapat berlangsung pada jarak jauh. Dalam beberapa tahun terakhir pemanfaatan dari teknologi video conference ini sedang digiatkan oleh Institut Teknologi Bandung dalam menunjang kegiatan perkuliahannya.

Pertama Kali Digunakan Saat Bencana Tsunami Aceh

"Teknologi video conference sebenaranya telah dimiliki oleh ITB sejak lama," ujar Primus Pandumudita, Creative and Production Manager Layanan Produksi Multimedia Unit Sumber Daya Informasi (LPM-USDI) ITB. Video conference pertama digunakan untuk keberjalanan kongres Ikatan Alumni (IA) ITB pada tahun 2006. "Saat itu ada pemilihan Ketua IA ITB yang pemungutan suaranya dilakukan di Bandung dan Batam," lanjut Primus.

Pemanfaatan video coference untuk menunjang kegiatan akademik sendiri pertama kali dilaksanakan pada tahun 2007 saat bencana tsunami menimpa Aceh. Sebagai dampak dari bencana alam tersebut banyak pengajar Univesitas Syiah Kuala Banda Aceh yang menjadi korban sehingga kegiatan perkuliahan di Universitas Syah Kuala menjadi terhambat. Untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut ITB mengadakan kerja sama dengan Universitas Syah Kuala dengan melakukan perkuliahan jarak jauh. Mata kuliah yang diikutsertakan dalam program ini adalah kuliah Pengolahan Sistem Digital dari Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Selanjutnya video conference lebih banyak digunakan untuk keperluan rapat fakultas atau rektorat.

Perkuliahan Jarak Jauh Antarnegara

Dalam perkembangannya teknologi video conference ini digunakan untuk perkuliahan jarak jauh yang diselenggarakan oleh Keio University Jepang dalam program School Of Internet (SOI) Asia. SOI Asia adalah program yang didukung oleh pemerintah Jepang untuk melakukan riset dalam perkembangan teknologi antara berbagai universitas di Asia. Dengan adanya proyek ini mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan tamu dari berbagai universitas di Asia yang telah menjadi peserta dalam program ini.

Proyek SOI Asia ini telah diikuti 27 universitas dari 14 negara di Asia. Di Indonesia sendiri universitas yang telah mengikuti program ini adalah Universitas Brawijaya, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Hasanuddin, Universitas Syiah Kuala, dan Institut Teknologi Bandung. Program SOI ini juga menyelenggarakan  program pertukaran pelajar agar lebih menunjang kegiatan perkuliahan antar universitasnya.

"Peserta dari perkuliahan yang diselenggarakan oleh SOI Asia ini sayangnya masih sangat minim, padahal program ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan mahasiswa dari kuliah yang disampaikan dosen-dosen di universitas lain," ujar Primus.

Solusi ITB Multi Kampus

Permasalahan baru kemudian muncul saat dipindahkannya mahasiswa Rekayasa Pertanian, Rekayasa Kehutanan, dan Rekayasa Hayati ke kampus ITB Jatinangor. Di antara  mahasiswa tersebut terdapat mahasiswa yang belum lulus dari mata kuliah Tahap Persiapan Bersama (TPB) sehingga diharuskan untuk mengulang mata kuliah tersebut di tingkat kedua, sedangkan tenaga pengajar yang tersedia untuk mata kuliah tersebut jumlahnya masih terbatas dan memiliki kewajiban mengajar juga di kampus Ganesha. Perjalanan ITB Jatinangor - Ganesha yang memakan waktu lama membuat diadakannya kuliah TPB bagi mahasiswa ITB Jatinangor sulit untuk dipenuhi.

Sebagai solusi dari permasalahan tersebut maka diadakanlah perkuliahan jarak jauh dengan menggunakan video conference dari ITB Ganesha ke Jatinangor, sehingga mahasiswa yang berada di ITB Jatinangor dapat mengikuti kuliah yang diselenggarakan di ITB Ganesha secara real time dan dua arah. Hal ini tentunya sangat menghemat waktu dan biaya.

Teknologi inti yang digunakan dalam video conference adalah sistem kompresi digital audio dan video stream secara nyata. Sistem kompresia ini biasa disebut Codec. Kemudian data tersebut dikirimkan melalui jaringan internet. Komponen lainnya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan sebuah video conference adalah audio-video input dan audio-video output.

Sekarang ini teknologi video conference ini telah sangat dikuasai oleh ITB baik secara komponen perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Jika didukung oleh humanware yang memadai tentunya pemanfaatan video conference untuk perkuliahan jarak jauh ini dapat mendukung perkembangan dunia pendidikan di Indonesia secara signifikan.

"Sebenarnya sudah ada program dari Dikti untuk pengembangan kuliah jarak jauh dengan video conference ini," ujar Primus. "Diharapkan dengan adanya teknologi ini dapat membuat pemerataan persebaran pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan perguruan tinggi, menjadi lebih efektif dan efisien sehingga tidak berpusat di daerah-daerah tertentu saja," tutup Primus.

Sumber Gambar : www.soi.asia, LPM-USDI ITB