ITB Menyiapkan Inisiatif untuk Mengatasi Kesenjangan Digital
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Bandung, itb.ac.id - Selasa (1/5) lalu, ITB mengadakan pertemuan dengan DigitalDivide.org dari University of Washington serta The Habibie Center. Dari ITB hadir Dr. Armein Z. Langi, kepala Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komnikasi (PPTIK) serta Dwi Larso dari Sekolah Bisnis dan Manajemen. Sementara itu Prof. Kreig Warren Smith hadir mewakili University of Washington dan Ilham Habibie, mewakili The Habibie Center. Pembicaraan pertemuan ini berkisar mengenai inisiatif untuk mengatasi 'kesenjangan digital' (Digital Divide) di Indonesia melalui badan IGADD atau Investor Group Against Digital Divide. "Banyak orang berpikir bahwa digital divide itu adalah masalah pemerintah," ungkap Armein, "Melalui inisiatif ini, kami hendak membuktikan bahwa sektor swasta juga dapat berperan besar dalam mengatasi masalah kesenjangan digital ini."
Inisiatif paling awal datang dari Prof. Smith yang mencari kerjasama institusi yang peduli dengan pengembangan teknologi informasi untuk masyarakat ekonomi lemah dan terpencil. PPTIK ITB menjadi pilihan Prof. Smith karena memang sejak awal, Pusat Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Armein Z. Langi ini fokus dalam penelitian dan pengembangan teknologi informasi untuk masyaraakt ekonomi lemah dan terpencil. Inisiatif ini kemudian menggandeng juga Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB serta The Habibie Center. "SBM diajak karena memang kami melihat bahwa masyarakat rural (terpencil) itu mampu membeli IT (teknologi informasi," tutur Armein, "IT di masyarakat tertinggal itu masuk akal asal dilakukan dengan benar."
Inisiatif yang digagas oleh ITB, The Habibie Center, dan University of Washington ini mulai melirik penyediaan teknologi informasi bagi masyarakat ekonomi lemah dan terpencil melalui pendekatan bisnis. Inisiatif ini akan dipelihara oleh badan khusus yang sedang dalam proses pembentukan, yaitu IGADD, Investor Group Against Digital Divide. Tugas utama IGADD nanti adalah membentuk rencana strategis yang memanfaatkan investor untuk membantu penyediaan teknologi informasi di masyarakat terpencil. "Salah satunya, IGADD akan menginovasi suatu konsep yang kita siapkan di mana kita akan menghubungkan antara industri di level atas industri level atas, level menengah, dan level bawah," kata Armein, "Inovasi konsepnya, meliputi inovasi pasar, inovasi industri, dan inovasi kerjasama berbagai pihak." IGADD akan bertanggung jawab untuk membangun ekosistem investasi yang sehat agar banyak investor yang tertarik untuk tergabung di dalamnya.
Sampai sekarang, inisiatif ini masih dalam tahapan pengembangan Surat Kesepahaman (MoU). "Harapannya, MoU antara ITB, University of Washington, dan The Habibie Center ini akan selesai minggu depan," janji Armein. Pujian muncul dari Prof. Smith sendiri. "ITB adalah perguruan tinggi pertama di dunia yang peduli dengan dan mau fokus dalam masalah kesenjangan digital ini," tuturnya.