ITB - NASA Kerjasama Ukur Kualitas Udara
Oleh kristiono
Editor kristiono
BANDUNG, itb.ac.id - ITB bekerjasama dengan Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) melakukan penelitian pengukuran kualitas aerosol di berbagai tingkatan ketinggian atmosfer. Di tahap awal, penelitian ini dilakukan di wilayah udara Kota Bandung dan sekitarnya.
Menurut Puji Lestari, peneliti dari Kelompok Keahlian Pengelolaan Udara dan Limbah ITB, penelitian ini sangat penting untuk mengukur konsentrasi aerosol depth di berbagai ketinggian.
"(Penelitian ini) menjelaskan bagaimana persoalan jarak pandang, dampak terhadap lingkungan dan sejauh mana pengaruh pemanasan global," ujarnya sebagaimana dikutip tribun-timur.
Penelitian yang tergolong baru di bidangnya ini memanfaatkan data dari alat sun-photometer, yaitu sebuah wahana berupa sistem optik yang diletakkan di atmosfer bumi. "Alat yang didesain khusus untuk mempelajari atmosfer bumi dan perilakunya ini dikelola NASA. Berawal dari suatu obrol-obrol dengan mereka (NASA), ternyata kami diperbolehkan memakai datanya," ucap Puji Lestari.
Ade Palguna, Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Emisi Sumber Bergerak Kementrian Lingkungan Hidup, mengatakan sulfur adalah salah satu partikel yang kini melewati ambang batas di udara Kota Bandung.
"Sumbernya dari solar. Semestinya, batas kadar sulfur di solar adalah ditentukan 3.500 parts per million (ppm)," kata Ade seperti dilansir kompas.com. Serupa dengan timbal, menurutnya, kandungan sulfur yang tinggi di udara juga membahayakan kesehatan.
"(Penelitian ini) menjelaskan bagaimana persoalan jarak pandang, dampak terhadap lingkungan dan sejauh mana pengaruh pemanasan global," ujarnya sebagaimana dikutip tribun-timur.
Penelitian yang tergolong baru di bidangnya ini memanfaatkan data dari alat sun-photometer, yaitu sebuah wahana berupa sistem optik yang diletakkan di atmosfer bumi. "Alat yang didesain khusus untuk mempelajari atmosfer bumi dan perilakunya ini dikelola NASA. Berawal dari suatu obrol-obrol dengan mereka (NASA), ternyata kami diperbolehkan memakai datanya," ucap Puji Lestari.
Ade Palguna, Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Emisi Sumber Bergerak Kementrian Lingkungan Hidup, mengatakan sulfur adalah salah satu partikel yang kini melewati ambang batas di udara Kota Bandung.
"Sumbernya dari solar. Semestinya, batas kadar sulfur di solar adalah ditentukan 3.500 parts per million (ppm)," kata Ade seperti dilansir kompas.com. Serupa dengan timbal, menurutnya, kandungan sulfur yang tinggi di udara juga membahayakan kesehatan.