Orasi Ilmiah Prof. Muhammad Miftahul Munir: Peran Instrumentasi Aerosol untuk Monitoring dan Kontrol Kualitas Udara

Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Dr. Muhammad Miftahul Munir, S.Si., M.Si., dari FMIPA ITB menyampaikan orasi berjudul " Peran Instrumentasi Aerosol untuk Monitoring dan Kontrol Kualitas Udara", Sabtu (24/8/2024).

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Orasi Ilmiah Guru Besar yang berlangsung di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (24/8/2024). Guru besar dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB, Prof. Dr. Muhammad Miftahul Munir, S.Si., M.Si., menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Peran Instrumentasi Aerosol untuk Monitoring dan Kontrol Kualitas Udara” yang membahas mengenai pentingnya teknologi dan instrumentasi dalam memantau serta mengendalikan kualitas udara.

Prof. Munir mengatakan, aerosol adalah partikel cairan atau padatan yang tersuspensi di dalam gas, seperti udara. Aerosol dapat terbentuk secara alamiah, seperti asap vulkanik, badai pasir, atau kabut, serta dapat dihasilkan dari aktivitas manusia, misalnya dari emisi kendaraan dan industri. Partikel polutan ini dapat dikategorikan berdasarkan ukurannya menjadi PM10 dan PM2,5. Semakin kecil ukuran partikelnya, semakin berbahaya dampaknya terhadap kesehatan manusia. Contohnya, PM2,5 yang dapat masuk ke paru-paru, bahkan nanopartikel tersebut bisa terserap oleh sistem sirkulasi darah manusia.

Berkaitan dengan pengukuran kualitas udara, Prof. Munir memaparkan bahwa terdapat berbagai metode dan alat yang telah dikembangkan untuk memantau tingkat polusi udara dan karakterisasi aerosol. Di antaranya, kategori standard device, misalnya stasiun pemantauan tetap (fixed monitoring station), dan high volume sampler, kategori high-grade, contohnya penghitung partikel (particles counter), dan untuk kategori profesional device mencakup optical particle counter, optical particle sizer, serta lainnya. Namun, alat-alat tersebut masih tergolong mahal dan tidak praktis digunakan di lapangan. Namun, di sisi lain instrumen portable atau low cost devices, menurutnya, mengorbankan akurasi dan biasanya belum terkalibrasi. Oleh sebab itu, timnya mengembangkan sistem pemantauan partikulat menggunakan sensor yang telah diuji dan dikalibrasi dengan teknologi yang lebih terjangkau namun tetap akurat.

Prof. Munir memaparkan hasil penelitian timnya di Kota Bandung. Mereka menggunakan sistem pemantauan bergerak atau mobile monitoring untuk mengukur konsentrasi PM2,5 di udara. Alat ini memanfaatkan teknologi GPS, memori internal, serta jaringan internet dari smartphone sehingga data polusi udara dapat diakses secara real-time dan memberikan wawasan yang lebih granular terkait distribusi polusi di wilayah perkotaan.

Saat pandemi Covid-19 beberapa tahun silam, Prof. Munir dan tim meneliti korelasi antara Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan polusi udara. Dengan pemantauan bergerak atau mobile monitoring ini, beliau dan tim menemukan bahwa PPKM berdampak pada polusi udara dan juga lokasi jalan yang tercemar dapat dilihat dengan jelas. Efek PPKM pada polusi udara ini akhirnya digunakan oleh pemerintah dan pembuat kebijakan untuk membangun kebijakan masa depan dalam mengendalikan polusi udara.

Lebih lanjut, Prof. Munir menyoroti mengenai upaya pengembangan alat filter udara berbasis nanofiber yang dihasilkan melalui teknik electro-spinning, sebuah teknologi yang memungkinkan produksi filter dengan efisiensi tinggi dan penurunan tekanan yang rendah. Teknik ini, menurutnya, telah berhasil diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan, termasuk filter udara, air, pangan, dan produk lainnya. Beliau juga menyoroti penelitian timnya dalam daur ulang limbah styrofoam dan ABS menjadi media filter udara dengan kualitas tinggi menggunakan teknik ini.

Prof. Munir menekankan pentingnya inovasi dalam bidang instrumentasi dan teknologi untuk mengatasi tantangan kualitas udara di masa depan. Selain itu, beliau menekankan bahwa kemandirian bangsa dalam penguasaan teknologi dan sains harus ditunjang dengan kemampuan membuat sendiri peralatan produksi dan sistem karakterisasi yang diperlukan.

“Saat ini, masalah pencemaran udara masih terus membayangi kehidupan manusia karena dapat mempengaruhi kesehatan. Oleh karena itu, pengembangan sensor untuk mengukur partikulat perlu dikembangkan, mulai dari peralatan pemantauan lokasi tetap hingga pemantauan bergerak menggunakan sensor portable berbasis IoT. Salah satu upaya untuk mengurangi bahkan penjagaan dampak negatif polusi udara adalah penggunaan filter udara sebagai masker maupun penyaring udara. Sehingga teknologi pabrikasi yang baik serta sistem pengujian filter yang sangat diperlukan untuk pengembangan filter udara yang berkualitas tinggi,” tuturnya.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)