ITB Partner and Gallery: Untuk Indonesia Berdikari

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Kabinet KM ITB mengadakan opening Galeri Gajah sebagai salah satu program kerja ITB Partner and Gallery pada Sabtu (14/11/15). Galeri Gajah diadakan untuk mengembangkan ide dan mewujudkannya. Karya-karya mahasiswa ITB akan ditampilkan di Galeri Gajah untuk ditunjukkan kepada publik, tidak hanya mahasiswa ITB tetapi juga masyarakat umum, termasuk pelaku industri. Salah satu tujuannya juga adalah untuk memasarkan karya-karya mahasiswa ITB agar bisa dikembangkan dan menjadi produk bermanfaat bagi publik. Galeri Gajah berada di Campus Center Timur Lantai 1, Kampus ITB Ganesha.

Dalam acara opening tersebut, panitia mengadakan talkshow dengan mengundang tiga pembicara inspiratif, yaitu Nyoman Anjani (Ketua Kabinet KM ITB 2013-2014), Dwinita Larasati (Co-Founder Bandung Creative City Forum, Dosen Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB), dan Dino Febrian (Product Designer). Tema yang diusung dalam talkshow ini adalah "Insan Berkarya untuk Indonesia Berdikari".

Berdasarkan Data Publik yang dikumpulkan oleh KM ITB, ditemukan bahwa 25% mahasiswa mengalami kendala berinovasi karena kesulitan mencari ide dan dalam manajemen waktu. Ketiga pembicara itu pun diundang dalam talkshow ini untuk memberikan inspirasi kepada para hadirin agar terus bisa berkarya. Apa itu karya? Masing-masing pembicara mempunyai pendapat sendiri. Dwinita berpendapat bahwa karya adalah sesuatu yang mempunyai impact bagi publik. Nyoman mengibaratkan karya sebagai buah dengan tiap orang itu adalah pohonnya. Yang menjadi tantangan adalah, menurut Nyoman, yaitu membentuk komunitas dengan pohon-pohon lain agar menghasilkan buah kemudian pada akhirnya membentuk suatu ekosistem.  Sedangkan menurut Dino, karya adalah sesuatu yang memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Nyoman Anjani: Self Discipline dan Focus

Nyoman berbagi pengalamannya dalam berorganisasi dan berkarya lewat organisasi yang ia ikuti tersebut selama berkuliah. Menurutnya, manajemen waktu itu memang perlu agar sukses dalam berkarya. Dua kunci dalam manajemen waktu yaitu self-discipline dan focus. "Tiap tahun ada fokus," ujar Nyoman menggambarkan perjalanannya di kampus. Setiap tahun dengan fokusnya, ia menjadikan masing-masing menjadi milestone hingga pada akhirnya ia menjadi Ketua Kabinet KM ITB. "Harus visioner kalau mau maju," pesannya.

Dino Febrian: Sesuaikan Bahasa dengan Lawan Bicara

Alumni Desan Produk FSRD ITB ini mempunyai pendapat tersendiri mengenai karya. Menurutnya, karya adalah realisasi dari ide. Merealisasikan ide adalah untuk mewujudkan nilai-nilai yang kita miliki. Namun, tantangannya adalah nilai yang dimiliki oleh masing-masing orang tentunya  berbeda. Bagaimana caranya orang lain bisa menerima manfaat dari karya kita? Dimulailah dengan komunikasi yang baik, yaitu dengan bahasa yang tepat. Jika berbicara dengan engineer, gunakanah bahasa teknik. Jika ingin memasarkan, gunakanlah bahasa marketing dan persuasif. Intinya adalah bagaimana meyakinkan orang lain bahwa karya yang kita buat bisa "melayani" konsumen.

Dwinita: Kebersamaan dengan Menurunkan Ego Sektoral

Sebagai co-founder Bandung Creative City Forum (BCCF) , Dwinita berhasil berkolaborasi dengan berbagai komunitas dengan gerakan dan kreativitas yang berbeda. Lewat BCCF, semua komunitas tersebut kemudian memiliki satu frame, "Kebersamaan kita, peduli dengan kota." Dalam berkolaborasi, hal yang diperlukan adalah menurunkan ego sektoral. Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa ITB di dalam wadah Keluarga Mahasiswa, menurut Dwinita.