ITB Sosialisasikan Dampak Air Tercemar serta Pelatihan Pembuatan Hand Sanitizer di Desa Kersamaju, Tasikmalaya

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

TASIKMALAYA, itb.ac.id—Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan perairan sungai tergolong minim. Masih banyak limbah rumah tangga dari masyarakat yang dibuang ke sungai, sementara air sungai juga dijadikan sumber mata air bagi mereka. Sehingga masyarakat perlu diberikan edukasi terkait masalah tersebut, terutama dalam aspek air layak minum yang bersumber dari sungai atau air tanah/irigasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Informatika (FSI) Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani), Himpunan Kimia Indonesia cabang Jawa Barat-Banten, dan HMK Amisca ITB menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Kersamaju, Cigalontang, Tasikmalaya. Adapun, fokus kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah sosialisasi dampak dan identifikasi air yang tercemar, serta pelatihan pembuatan hand sanitizer dan sabun cair.

Lokasi tersebut dipilih karena dilewati oleh aliran sungai Ciwulan, di mana sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai Ciwulan, contohnya RT02 RW01, memanfaatkan air sungai sebagai sumber air, sekaligus sebagai tempat pembuangan sampah. Sementara sumber air lainnya berasal dari air irigasi dan sumur bor yang kedalamannya kurang dari 5 meter.

“Namun dari hasil identifikasi yang telah dilakukan, kandungan air tersebut masih bersifat asam (pH < 7) karena berasal dari area persawahan, sementara kualitas air yang baik berkisar pada pH netral 6,5-7,5. Sehingga masyarakat desa Kersamaju perlu diedukasi mengenai pemilihan sumber air layak minum,” kata Dr. Muhammad Yudhistira Azis, M.Si., Dosen KK Kimia Analaitik Prodi Kimia FMIPA-ITB selaku ketua penyelenggara kegiatan pengabdian masyarakat tersebut.

Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat Karang Taruna Harapan Jaya, Desa Kersamaju yang bermukim di bantaran sungai Ciwulan, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, pada Sabtu, 24 Oktober 2020. Terdapat empat kegiatan utama diberikan secara paralel, antara lain (1) penyuluhan, sosialisasi, dan pelatihan kepada masyarakat Karang Taruna, (2) pembuatan hand sanitizer dan sabun cair aromaterapi, (3) pengenalan percobaan Kimia sederhana kepada anak-anak sekolah, dan (4) instalasi depot air layak minum untuk masyarakat.

Dr. Yudhistira mengatakan, dengan menerapkan ilmu kimia sederhana di lingkungan perairan, masyarakat dapat mengenal dampak dan mengidentifikasi pencemaran air. Edukasi identifikasi parameter kualitas air tercemar sederhana seperti PH, warna, bau, dan rasa dapat disosialisasikan kepada masyarakat desa melalui Karang Taruna sebagai pionir dan agen kreatif untuk kemajuan desa. Diharapkan masyarakat memiliki argumentasi dalam memutuskan kelayakan kualitas air yang dikonsumsi, terutama pada masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.

Selain itu, jelas Dr. Yudhistira, edukasi penerapan protokol kesehatan di masa pandemi seperti sekarang juga perlu diberikan pada masyarakat di perdesaan dikarenakan sarana dan prasarana edukasi yang tersedia di desa masih kurang. Edukasi penerapan ilmu kimia yang diberikan berupa pembuatan handsanitizer dan sabun cair akan membantu masyarakat secara mandiri dalam menerapkan protokol kesehatan, melalui pembiasaan mencuci tangan dan penggunaan handsanitizer dalam mencegah dampak penyebaran virus Corona. Manfaat lainnya bagi masyarakat yaitu dapat memberdayakan perekonomian secara mandiri dengan memasarkan produk hand sanitizer dan sabun cair tersebut.


Menurutnya, kegiatan ini melibatkan 20 orang masyarakat Karang Taruna Harapan Jaya RT02/RW01 dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Selain Karang Taruna, puluhan anak-anak sekolah juga diberikan pengenalan percobaan kimia sederhana yang bisa mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan balon gas hidrogen, pencampuran logam besi dengan asam yang menghasilkan gas hidrogen atau balon gas berisi CO2 dari pencampuran NaHCO3 (soda kue) ditambahkan dengan asam dan lain sebagainya. Sehingga anak-anak menjadi lebih mengenal ilmu Kimia di kehidupan sehari-hari. “Antusiasme masyarakat tampak sangat besar dalam mengikuti kegiatan ini. Sebagai tambahan, adanya depot instalasi air minum untuk masyarakat dari LPPM ITB dan Himpunan Kimia Indonesia diharapkan dapat dimanfaatkan masyarakat setempat,” ujar Dr. Yudhistira.

Dari kegiatan ini, masyarakat, Karang Taruna, dan anak-anak sekolah setempat mendapatkan berbagai wawasan baru. Informasi yang diberikan dirancang agar mudah dipahami oleh masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Diharapkan hal ini dapat diterapkan di lingkungan desa guna menunjang kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan protokol kesehatan selama pandemi.

Merespons kegiatan pengabdian masyarakat tersebut, Kepala Desa Kersamaju, Enuh Nuhdin, SIP., mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang baru pertama kali diadakan, di mana para akademisi berkolaborasi membantu masyarakat desa. Topik edukasi masyarakat desa mengenai ilmu kimia sederhana sangat membantu dalam menambah wawasan dan kepedulian masyarakat setempat.

“Diharapkan untuk ke depannya, kegiatan yang sejenis atau yang berbeda dengan skala lebih besar untuk seluruh masyarakat dapat diberikan setelah pandemi berakhir,” ujarnya.

Sumber: Rilis FMIPA ITB

Foto: Dok. FMIPA ITB