ITB Terima Printer dan Scanner 3D dari Dubes Amerika Serikat
Oleh Bayu Rian Ardiyansyah
Editor Bayu Rian Ardiyansyah
BANDUNG, itb.ac.id - Kehadiran teknologi Printer 3D membuat siapapun bisa mewujudkan idenya dalam bentuk yang lebih nyata, tidak lagi hanya terbatas dalam gambar di atas kertas. Kini pengunjung Perpustakaan ITB, baik itu mahasiswa ITB maupun masyarakat umum, dapat memanfaatkan teknologi tersebut dengan gratis setelah pada Kamis (30/10/14) diselenggarakan acara serah terima Printer dan Scanner 3D oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat kepada American Corner ITB. Bertempat di Lobi Perpustakaan ITB, acara ini juga dipadukan dengan forum diskusi bertemakan "Membangun Ekonomi Kreatif" dengan pembicara Macon Philips, Koordinator Biro Program Informasi Internasional dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Untuk penyerahan alat-alat tersebut, Duta Besar Amerika Serikat Robert O. Blake, Jr. juga turut hadir dalam acara ini. "Kami berterima kasih atas pemberian alat-alat ini karena kehadiran Printer 3D ini tentu akan sangat berguna dalam menunjang kegiatan akademik serta penelitian di ITB, terutama untuk pembuatan prototype maupun model penelitian lainnya," tutur Widianto selaku perwakilan ITB dalam acara serah terima ini.
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, kehadiran sebuah teknologi baru juga berpotensi untuk mendorong berkembangnya ekonomi kreatif. Macon menuturkan bahwa kunci dari pertumbuhan sebuah ekonomi kreatif terletak pada rasa ingin tahu dan passion yang besar. "Dunia terus berubah seiring perkembangan teknologi. Printer 3D hanyalah sebuah alat. Kreatif adalah tentang bagaimana menggunakan alat yang sama tapi dengan cara yang berbeda. Yang terpenting adalah bagaimana kita terus mengembangkan cara berpikir yang kritis dan kreatif untuk menghasilkan ide-ide baru," tutur Macon.
Robert juga menambahkan bahwa ekonomi kreatif membutuhkan pondasi yang kuat agar bisa berkembang, yakni terkait hak kekayaan intelektual. Pengakuan atas hak kekayaan intelektual sangat penting bagi pelaku ekonomi kreatif sebagai bentuk penghargaan atas karya-karyanya sehingga mendorongnya untuk terus berkarya. Selain itu, penelitian juga menjadi faktor penting untuk mendorong ekonomi kreatif. Robert menuturkan bahwa Indonesia perlu mencontoh Amerika Serikat dalam hal membentuk kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga riset, dan perusahaan swasta untuk bekerjasama mengembangkan penelitian.
Dalam acara ini, turut hadir pula Tim Aksantara ITB serta Cimahi Creative Association yang membagikan pengalamannya dalam memanfaatkan Printer 3D. "Teknologi ini sangat bermanfaat untuk tujuan eksperimen maupun tujuan praktis. Printer 3D membantu kita untuk membuat model miniatur dalam bentuk tiga dimensi yang mampu memenuhi kebutuhan desain yang khusus dan spesifik dengan harga yang murah dan waktu yang cepat. Model yang dihasilkan pun bisa dibuat dengan mendekati tolerasi dimensi benda seperti yang diharapkan. Contohnya, pesawat UAV Drone yang kami buat hingga akhirnya berhasil menjadi pemenang Kontes Robot Terbang Indonesia," tutur Hari.
Sumber foto: Dokumentasi American Corner ITB
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, kehadiran sebuah teknologi baru juga berpotensi untuk mendorong berkembangnya ekonomi kreatif. Macon menuturkan bahwa kunci dari pertumbuhan sebuah ekonomi kreatif terletak pada rasa ingin tahu dan passion yang besar. "Dunia terus berubah seiring perkembangan teknologi. Printer 3D hanyalah sebuah alat. Kreatif adalah tentang bagaimana menggunakan alat yang sama tapi dengan cara yang berbeda. Yang terpenting adalah bagaimana kita terus mengembangkan cara berpikir yang kritis dan kreatif untuk menghasilkan ide-ide baru," tutur Macon.
Robert juga menambahkan bahwa ekonomi kreatif membutuhkan pondasi yang kuat agar bisa berkembang, yakni terkait hak kekayaan intelektual. Pengakuan atas hak kekayaan intelektual sangat penting bagi pelaku ekonomi kreatif sebagai bentuk penghargaan atas karya-karyanya sehingga mendorongnya untuk terus berkarya. Selain itu, penelitian juga menjadi faktor penting untuk mendorong ekonomi kreatif. Robert menuturkan bahwa Indonesia perlu mencontoh Amerika Serikat dalam hal membentuk kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga riset, dan perusahaan swasta untuk bekerjasama mengembangkan penelitian.
Dalam acara ini, turut hadir pula Tim Aksantara ITB serta Cimahi Creative Association yang membagikan pengalamannya dalam memanfaatkan Printer 3D. "Teknologi ini sangat bermanfaat untuk tujuan eksperimen maupun tujuan praktis. Printer 3D membantu kita untuk membuat model miniatur dalam bentuk tiga dimensi yang mampu memenuhi kebutuhan desain yang khusus dan spesifik dengan harga yang murah dan waktu yang cepat. Model yang dihasilkan pun bisa dibuat dengan mendekati tolerasi dimensi benda seperti yang diharapkan. Contohnya, pesawat UAV Drone yang kami buat hingga akhirnya berhasil menjadi pemenang Kontes Robot Terbang Indonesia," tutur Hari.
Sumber foto: Dokumentasi American Corner ITB