ITB Turut Terlibat dalam Program Mengatasi Pandemi COVID-19 dan Perubahan Iklim dalam UKICIS

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id--Konsorsium Penelitian Baru antara United Kingdon (UK)-Indonesia telah resmi didirikan. Salah satu programnya adalah untuk mengatasi virus corona dan perubahan iklim. Pada program ini, Institut Teknologi Bandung turut berpartisipasi beserta kampus di Inggris dan Indonesia lain.

UKICIS atau UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences memiliki tujuan untuk menjadi wadah pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi di antara dua negara. UKICIS akan menampung akademisi dari Indonesia ke Universities of Nottingham, Warwick and Coventry, sebagaimana akademisi Inggris ke Institut Teknologi Bandung, IPB University and Gadjah Mada University. Para pendiri ini didukung oleh Kedutaan Besar Indonesia di London, Kedutaan Besar Inggris di Indonesia, dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.

UKICIS akan membantu implementasi perjanjian lima tahun, dan mendukung kemajuan kemitraan UK dan Indonesia. Konsorsiumnya juga berfungsi untuk mengembangkan dan meningkatkan pendidikan Anglo-Indonesia, juga di bidang ekonomi dan kebudayaan melalui berbagai aktivitas dan keterlibatan masyarakat.

UKICIS bertujuan untuk menyediakan pelatihan, program edukasi, dan capacity building untuk perguruan tinggi di kedua negara; mengadakan workshop tahunan UKICIS yang akan mempersatukan para peneliti terbaik dari latar belakang, generasi, dan disiplin ilmu yang berbada untuk mengeksplorasi kemungkinan kolaborasi antara para akademisi, pemerintah, dan industri; mempromosikan kegiatan bersama antarinstitusi; mempersiapkan ringkasan kebijakan untuk pemerintah Inggris dan Indonesia.

Dr. Bagus Muljadi, salah satu pimpinan UKICIS mengatakan, “Pemerintah Inggris dan Indonesia telah menyamakan tujuan dan berkomitmen untuk berkolaborasi dalam mengadakan solusi untuk permasalahan pandemi dan penurunan produksi karbon. Konsorsium ini merupakan upaya bersama antara perguruan tinggi di Inggris dan Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan dari MoU dengan cara mempersatukan kedua negara melalui riset dan pertukaran ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Didorong dengan akan adanya berbagai masalah yang muncul akibat krisis COVID-19, para anggota pendiri UKICIS pada awalnya akan bekerja sama dalam bidang penyelesaian isu ketahanan global terhadap pandemi, sebelum akhirnya memperluas kolaborasi di bidang perubahan iklim dan bencana alam.

Dr. Muljadi salah satu penggagas program ini menambahkan, “Resiliensi akan dieksplorasi dari berbagai sudut interdisipliner oleh anggota UKICIS. Hal ini termasuk makanan, dan bagaimana kita dapat memastikan bahwa pasokan akan cukup dan dapat diakses oleh masyarakat, jika ke depannya nanti ada hal-hal atau bencana yang tidak terduga sebelumnya. Para peneliti kami akan meneliti implikasi kesehatan mental dan juga kesiapan kesehatan publik,” tambahnya.

Ia melanjutnya, untuk proyek penelitian lainnya akan berfokus kepada kapabilitas struktur buatan manusia, sistem data, pasokan energi, dan jaringan transportasi untuk bertahan pada masa bencana. "Kami juga akan memberikan pencerahan pada strategi pembangkitan kembali bisnis setelah krisis finansisal, dan juga ketahanan kebijakan ketika dihadapkan dengan perubahan tatanan masyarakat dan perubahan ekonomi yang mengejutkan,” sambungnya.

Sementara itu, Prof. Benny Tjahjano, dari Coventry University, mengatakan bahwa Coventry University sedang mengadakan beberapa proyek untuk membantu bisnis dan masyarakat untuk bangkit kembali dari dampak krisis corona. "Kami akan menerima kesempatan untuk mengombinasikan keahlian yang kita miliki, yaitu dengan partner dari UK dan Indonesia, dalam rangka membantu permasalahan-permasalahan yang kerap dihadapi dalam skala internasional, dan membantu membangun ketahanan masa depan untuk kedua negara," ujarnya.

Prof. Guy Daly, dari Coventry University juga menambahkan, mengatakan bahwa “Coventry University sangat senang untuk bergabung dalam Konsorsium UK-Indonesia. Coventry telah bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia dan juga pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun ke belakang dan telah membangun hubungan yang baik, tidak hanya di bidang riset, tapi juga di bidang kesehatan, teknik, dan bisnis," ujarnya.

Menurut Prof. Daly, konsorsium di antara tiga perguruan tinggi di UK yaitu di Coventry, Nottingham, dan Warwick, beserta UGM, IPB University, dan ITB, akan menjadi perpaduan yang menarik. Terlebih ketika individu-individu yang tepat bertemu untuk menghasilkan jawaban-jawaban dunia nyata, serta insight dari perspektif interdisipliner terhadap tantangan kemasyarakatan yang kita hadapi.

Pertemuan tahunan UKICIS yang diadakan oleh Kedutaan Besar Indonesia untuk Inggris dilaksanakan pada Jumat, 21 Agustus 2020, yang bertepatan dengan perayaan 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Deklarasi tersebut berisi penyusunan MoA dari anggota pendiri untuk memajukan kolaborasi riset dan edukasi antara UK dan Indonesia.