Jadi Pembicara Webinar, Prof. Reini Jelaskan Arti Penting Pendidikan Tinggi dalam Berinovasi
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D., diundang untuk menjadi pembicara dalam webinar nasional “Indonesia Economic, Investment, and Development: The Great Reset and Future Prospects”. Acara ini diselenggarakan oleh lembaga Alumni Amerika Serikat (Alumnas), The Asian Post, Info Bank, dan Orbitin dengan mengundang pembicara lainnya, seperti Ir. Bambang Susantono, MCP, MSCE, Ph.D., Rosan Roestiani, MBA., dan Shinta Dhanuwardoyo, MBA.
Dalam sesi pemaparannya, Prof. Reini mengangkat tema “The Role of Higher Education in Post Pandemic Recovery”. Ia menjelaskan, peristiwa pandemi COVID-19 merupakan sebuah fenomena yang bisa memberikan peluang sekaligus tantangan bagi negara Indonesia. Sejak kebijakan pembatasan sosial dilakukan, masyarakat Indonesia “dipaksa” untuk membangun koneksi dengan media digital. Tanpa disadari, hal ini memberikan dampak positif bagi mereka, seperti meningkatnya pengalaman literasi digital masyarakat sehingga memberikan peluang untuk bertransformasi digital.
Selain itu, pandemi ini menunjukkan arti penting sebuah "resiliensi". Ia menegaskan, kemampuan kita untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit sangat penting untuk dilakukan dan salah satu kunci keberhasilan dari sikap tersebut adalah inovasi. Sikap inilah yang saat ini sedang dilakukan oleh ITB dengan berupaya mendorong berbagai UMKM yang memiliki kesulitan dalam kapasitas inovasi.
“Sejak pertengahan tahun lalu, ITB memiliki 69 proposal UMKM untuk daerah di sekitar Bandung, Jawa Barat, dan tingkat nasional. Kami mereposisi berbagai UMKM ini dengan tujuan untuk pemulihan kondisi ekonomi regional. Ini merupakan bentuk implementasi dari misi perguruan tinggi yang tidak hanya meluluskan seorang mahasiswa profesional, tetapi juga melakukan pengabdian terhadap masyarakat,” tuturnya.
Lebih lanjut, Prof. Reini menjelaskan bahwa pemanfaatan hasil riset yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tinggi seringkali ditempuh dengan langkah-langkah linear. Padahal alur dari transformasi ini seharusnya dilakukan secara nonlinear, mengingat inovasi dan riset tersebut membutuhkan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
“Dalam upaya memperhatikan proses engagement tersebut, ITB terus berupaya menjalin kerja sama inovasi dengan banyak institusi di luar negeri. Hingga Februari 2021, jumlah dari kerja sama ini telah mencapai sebanyak 773 buah,” jelasnya.
Ia menambahkan, saat ini ITB telah melakukan berbagai inisiatif ekosistem inovasi yang pada akhirnya akan ditujukan untuk pembangunan ekonomi Indonesia. Inovasi tersebut di antaranya Innovation Entrepreneurship System (IES), mendirikan PT Rekacipta Inovasi ITB—Holding Co. Inovasi ITB, Ventilitator Portabel Indonesia, Khaira Energy (Smart Battery System), Katalis Merah Putih, dan ITB Innovation Park.
“Bersama ini, kami mengajak para Alumnas untuk bergabung dengan Institut Teknologi Bandung dalam upaya pengembangan inovasi-inovasi lain yang akan bermanfaat bagi kemajuan negara Indonesia,” tutupnya.
Reporter: Nur Rama Adamas (TPB FTSL, 2020)