Jalan Ditutup, Nenek pun Bermain Egrang

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id - Tanpa takut jatuh dan tak peduli usianya, seorang wanita lanjut usia menaiki dua batang bambu yang disebut Jajangkungan atau Egrang. Selesai bermain egrang, beliau menari mengikuti irama karawitan Sunda, mengundang masyarakat sekitar yang menonton untuk menari bersama. Ditemani siswa-siswa SD, mahasiswa, petugas keamanan, dan masyarakat umum lainnya, si nenek membentuk tarian massal. Fenomena unik tersebut terjadi di Jalan Diponegoro yang pada hari itu tertutup bagi kendaraan bermotor.

Sesuai rencana, area antara Cikapayang hingga Simpang Dago akan ditutup bagi kendaraan bermotor pada Sabtu (30/05/09) sejak pukul 07.00 - 11.00 sebagai wujud dari kegiatan Car Free Day (CFD). Nyatanya terdapat perubahan. Area penutupan dipindah ke Jalan Diponegoro. Penutupan jalan secara total baru dilaksanakan sekitar pukul 9.00 karena menunggu para perwakilan pemerintah yang tak kunjung datang. CFD yang dicanangkan oleh pemerintah kota Bandung merupakan bagian dari kampanye lingkungan Pemerintah Daerah Jawa Barat yaitu Balad Kuring.

Tarian Massal di Jalan Diponegoro

Meski demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para partisipan acara dan pengunjung. Acara tetap ramai, mayoritas oleh siswa-siswa SD dan SMP. Pada pertemuan antara Jalan Diponegoro dengan Jalan Cisangkuy, sebuah panggung kesenian berdiri. Alunan musik, Paduan Suara, dan kesenian khas Sunda kontribusi dari Tim Kesenian Unpad silih berganti mengundang para pengunjung untuk mendekat. Ketika para anggota komunitas Paguyuban Sepeda Baheula (PSB) turut menonton aksi panggung, spontan tarian massal terjadi melibatkan banyak pengunjung yang ada. Beramai-ramai mereka membentuk oray-orayan atau ular-ularan. Selain menari bersama, para pengunjung dapat mencoba permainan rakyat Jajangkungan dan Tok tak (sejenis bulu tangkis dengan raket kayu).

Acara dimeriahkan pula dengan stand-stand partisipan, panggung hiburan utama di depan Gedung Merdeka, aksi tetrikal gabungan yang salah satunya berasal dari mahasiswa FSRD ITB

Dengan ditutupnya Jalan Diponegoro hingga Jalan Supratman, warga Bandung dapat bebas bersepeda, berjalan kaki ataupun bermain skateboard di sepanjang area tersebut. Sebuah stand produk sepeda bahkan menyediakan sepeda bagi pengunjung. Pada pembukaan acara sendiri, para perwakilan pemerintah - salah satunya Walikota Bandung, mengendarai sepeda sebagai simbol CFD. Sayangnya, setelah meninjau panggung kesenian, mobil-mobil para anggota pemerintahan tersebut malah memasuki area yang seharusnya bebas kendaraan bermotor demi membawa mereka meninggalkan lokasi acara.

 

Kampanye Balad Kuring


Kegiatan CFD merupakan bagian dari kampanye lingkungan bertajuk Balad Kuring yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Balad Kuring merupakan gerakan masyarakat peduli lingkungan yang merespon kondisi lingkungan terutama kota Bandung saat ini. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.

Dikutip dari harian Pikiran Rakyat, seperti yang diutarakan oleh wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, secara filosofis Balad Kuring menginternalisasikan kembali sifat peduli lingkungan atau ecofriendly ke dalam nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Program ini dikoordinasikan dengan LSM-LSM yang bergerak di bidang lingkungan, kepolisian, TNI, serta pemerintah 26 kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan masyarakat menyadari efek positif dari pengurangan kendaraan bermotor serta bertambahnya kepedulian terhadap lingkungan.

Pelaksanaan kampanye Balad Kuring di Jalan Diponegoro sendiri merupakan puncak acara dari kampanye serupa yang dilaksanakan serentak di 26 kabupaten dan kota di Jawa Barat.


scan for download