Juara Pertama Renewable Energy Innovation Project, Tim Mahasiswa ITB Tawarkan Solusi Energi dari Kotoran Hewan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id- Pada ajang Future Energy Summit (FUTUREST) yang diselenggarakan oleh Society of Renewable Energy Institut Teknologi Sepuluh Nopember (SRE ITS), tiga orang mahasiswa Teknik Kimia ITB yaitu Agnes Silvia Lee (13021054), Phinehas Timothy (13020024), dan Steve Calvin (13020024) meraih juara pertama dalam lomba Renewable Energy Innovation Project.
Inovasi yang mereka tawarkan adalah produksi sumber energi berupa biogas untuk industri peternakan dari kotoran sapi dan gulma air yang biasa disebut duckweed. Selain menghasilkan energi listrik dari biogas, duckweed juga dimanfaatkan sebagai metode wastewater treatment atau pengolahan air limbah di peternakan tersebut. Target dari inovasi ini adalah berbagai peternakan di Jawa Barat, sebagai upaya meningkatkan penggunaan listrik off grid di industri kecil maupun menengah.
Pada wawancara dengan Steve dan Timothy pada Senin (17/4/2023), mereka menjelaskan bahwa seluruh rangkaian kompetisi ini dilaksanakan secara online. Terdapat tiga tahapan yang harus mereka lewati, yaitu tahap preliminary, semifinal, dan final.
Pada tahap preliminary, seluruh peserta diminta mengumpulkan abstrak yang menjelaskan latar belakang pemilihan inovasi, manfaat, dan prospeknya di masyarakat. Selanjutnya dalam tahap semifinal, 48 tim yang lolos seleksi abstrak membuat proposal lengkap terkait proses, optimasi, konstruksi, anggaran, kolaborasi, dan pemeliharaan proyek tersebut.
Lalu terakhir, di tahap final, 10 tim yang bertahan mempresentasikan inovasinya kepada para juri sekaligus menampilkan video di akun Instagram Futurest untuk penentuan favorite winner berdasarkan jumlah likes dan komentar terbanyak. Hasilnya kemudian diumumkan pada Sabtu (1/4/2023) secara daring, dengan Duckbills meraih juara pertama.
Saat ditanya mengenai tantangan dan kendala yang dihadapi, Steve mengungkapkan tantangan terbesar adalah menyeimbangkan waktu dan tenaga untuk urusan akademik, nonakademik, dan lomba. Mengingat workload akademik di Teknik Kimia yang cukup padat, menyisihkan waktu untuk lomba adalah sesuatu yang memerlukan pengorbanan dan tekad lebih.
Bagi Timothy, tantangan di lomba ini adalah keberagaman topik yang harus dipelajari untuk menyusun suatu proyek. Ia juga menambahkan, ternyata ada banyak sekali keuntungan dari mengikuti suatu kepanitiaan atau organisasi dalam proses lomba berbentuk proyek seperti ini.
“Kepanitiaan dan organisasi sangat menolong dalam lomba karena dalam kepanitiaan situasinya riil, harus menyelesaikan masalah-masalah yang harus selesai. Sementara di lomba adalah simulasi yang bisa dibatasi, jatuhnya sedikit lebih mudah untuk menyusun project-nya,” kata orang yang telah banyak berkecimpung di kepanitiaan himpunan, unit, wisuda, hingga OSKM ini.
Selain itu, mereka berdua juga menitipkan saran kepada semua orang yang ingin mengikuti lomba, baik di ranah jurusannya maupun tidak. Pertama, keberagaman dalam tim sangat diperlukan untuk menambah perspektif dan kemampuan dalam bidang tertentu, walaupun berasal dari jurusan yang sama. Kedua, fokus dan usaha yang maksimal adalah kunci dalam mengikuti lomba.
“Go the extra mile, jangan takut untuk overkill dan melakukan extra. Kalau udah merasa cukup, take another step. Mindset lo harus: ‘Masih kurang nih, apa sih yg masih bisa ditambah?’. Selalu kasih effort lebih biar aman, biar emang ends up punya lo yg paling bagus,” ujar Timothy.
Reporter: Luisa Carmel (Teknik Kimia, 2021)