Juara II Mawapres Nasional: Orang Tua adalah Inspirasi Saya

Oleh Mega Liani Putri

Editor Mega Liani Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Fauzan Reza Maulana (Teknik Sipil 2011) menorehkan prestasi yang sangat membanggakan di ajang kompetisi bergengsi bagi mahasiswa seluruh Indonesia. Pada Sabtu (12/07/14) Ojan, begitu panggilan akrabnya, dianugrahi gelar Juara II Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional. Prestasi ini adalah buah perjuangan yang telah ia usahakan sejak mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi di kampus ITB. Bersaing dengan sebelas kandidat lainnya dari seluruh fakultas di ITB, Ojan keluar sebagai pemenang dan menjadi wakil ITB di tingkat nasional. Dengan gemilang, Ojan pun berhasil lolos ke babak 15 besar hingga 10 besar dan akhirnya pulang dengan menyandang gelar Juara II. Sosok yang memiliki segudang prestasi di bidang English debate ini mempunyai dua orang spesial yang memotivasinya untuk terus berprestasi, yaitu kedua orang tuanya; Cahya Maulana dan Amalia Ernawaty Maulana.

"Sosok spesial yang menginspirasi saya dalam berprestasi yaitu orang tua," ucapnya. Ojan selalu mendapatkan dukungan dari kedua orang tua hingga ia berhasil meraih segudang prestasi selama kuliah di ITB. Apalagi untuk mengikuti kompetisi mahasiswa berprestasi sampai tingkat nasional, orang tualah yang menjadi inspirasinya untuk terus berjuang.

"Seleksi mawapres nasional ini merupakan wadah yang baik untuk mngembangkan diri saya. Karena saya ingin mendorong diri saya terus berkembang, dapat mencoba hal-hal baru, serta dapat mengeluarkan potensi saya agar dapat berkontribusi untuk Indonesia," tutur pemuda yang lahir di Jakarta, 12 Oktober 1993.

Tantangan dan Dukungan

Untuk mencapai 15 besar mawapres nasional,  secara teknis ada beberapa berkas yang harus dikumpulkan, yaitu karya tulis ilmiah beserta ringkasannya dalam bahasa inggris, daftar prestasi, dan video dalam bahasa inggris yang menerangkan ringkasan karya tulis ilmiah tersebut.  Ojan pun harus menghadapi tantangan yaitu melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan sambil mempersiapkan diri untuk menghadapi UAS. Ojan pun dituntut untuk mengatur waktu lebih baik agar efektif dan dapat menyelesaikan seluruh persyaratan dengan tepat waktu.

Setelah menjadi 15 besar mawapres nasional, Ojan harus mengikuti tahapan selanjutnya. Pertama, Ojan mengikuti psikotest. Kedua, ada pengujian penguasaan bahasa inggris dalam bentuk pidato. Ketiga, Ojan diwawancarai oleh pihak penyelenggara untuk memverifikasi 10 prestasi yang ia dimiliki. Keempat, karya tulis ilmiah yang telah dikumpulkan harus dipresentasikan di hadapan dewan juri.

Dalam menjalani proses seleksi mahasiswa berprestasi, Ojan mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. "Dukungan yang paling besar dalam penyusunan karya tulis saya ada pada dosen pembimbing saya, yaitu ibu Ayu. Selain itu, terdapat pula beberapa masukan yang diberikan oleh teman-teman saya dari Himpunan Mahasiswa Sipil," tutur Ojan.

Kebahagiaan adalah Prestasi yang Sesungguhnya

"Menurut saya berprestasi yang sesungguhnya adalah kebahagiaan." Begitulah Ojan menjawab singkat pertanyaan tentang apa makna berprestasi baginya

"Menurut saya gelar dan juara itu bukan berprestasi yang ssesungguhnya. Seperti yang saya katakan sebelumnya berprestasi menurut saya adalah kebahagiaan, dan kebahagiaan menurut saya adalah mengembangkan diri dan juga mengeluarkan potensi. Oleh karena itu, ketika saya tidak juara pun saya tetap berprestasi. Jadi tipsnya adalah jangan beranggapan bahwa prestasi hanya apa yang dapat dimasukan dalam CV," tambahnya.

Sosok yang memasuki tahun akhir di ITB ini merasa sangat puas dengan prestasi yang telah ditorehnya. Namun, ia masih ingin terus mengembangkan diri dan menemukan potensi diri lainnya selama berkuliah di ITB. "We only live and die to be happy, so be happy," pesan Sang Mawapres.

Foto: Dokumentasi Pribadi