Kammerchor Stuttgart: Mahakarya Tingkat Dunia
Oleh Samuel Simon
Editor Samuel Simon
BANDUNG, itb.ac.id - Empat puluh tahun bukanlah waktu yang singkat, baik untuk seorang manusia, maupun sebuah paduan suara. Namun, Frieder Bernius membuktikan bahwa dia dapat melewatinya bersama Kammerchor Stuttgart. Setelah lebih dari lima tahun, paduan suara yang dibentuk pada tahun pertamanya sebagai mahasiswa ini, kembali datang ke Indonesia.
Jumat (1/8), Aula Barat ITB menjadi saksi kepiawaian Bernius, sang konduktor, beserta 22 anggota Kammerchor Stuttgart dalam melantunkan lagu. Berbagai lagu klasik berbahasa Jerman dibawakan oleh pria bertuxedo dan wanita berpakaian hitam merah ini. Lagu pembuka, Lux Aeterna karya Gyorgy Ligeti, yang dibawakan oleh 16 anggota langsung membuat para penonton terbius.
Selama satu jam pertama, Kammerchor Stuttgart menampilkan sebuah pertunjukan yang benar-benar memukau dengan empat buah lagu yang spektakuler. Selain Lux Aeterna, Stabat Mater karya Domenico Scarlatti, Singet dem Herrn ein neue Lied karya Johann Sebastian Bach, dan Immortal Bach karya Knut Nystedt dibawakan dengan sempurna oleh paduan suara yang didirikan pada tahun 1968 ini.
Komposisi bass yang menggetarkan, sopran yang menusuk, diiringi suara alto dan tenornya membuat suasana di paruh kedua konser ini menjadi lebih hidup. Paduan suara ini pun tak hanya bernyanyi di atas panggung. Mereka turun dan berdiri di tengah penonton sambil menyanyikan lagu karya Nystedt. Nyanyian mereka pun seperti terpecah menjadi lima kelompok suara yang berbeda. Namun, suara-suara tersebut tersebar di seluruh ruangan, berkembang, dan menciptakan suatu harmoni yang benar-benar berbeda. Penonton dapat benar-benar mendengar suara mereka dari dekat.
Tak heran, pada akhir pertunjukan, paduan suara yang telah menelurkan 70 piringan hitam dan CD ini mendapat sambutan yang sangat meriah dari para penonton. Sang konduktor pun harus kembali naik ke atas panggung untuk memimpin dua buah lagu tambahan untuk memenuhi keinginan penonton.
Bunga mawar yang diberikan kepada setiap anggota Kammerchor Stuttgart menjadi tanda penghargaan yang tulus dari para penonton. Penghargaan yang diberikan untuk sebuah maha karya indah yang mungkin hanya dapat dinikmati sekali seumur hidup. Mungkin konser Kammerchor Stuttgart sudah usai, namun untaian nada-nada indah yang dinyanyikan akan terus melekat di hati para penonton yang mendengarkannya.