Karen Clahilda, Mahasiswa Seni Rupa ITB Kurasikan Pameran yang Inklusif terhadap Difabel
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id—Dalam rangka uji coba Tugas Akhir, Karen Clahilda Gabriela mengkurasikan pameran bertajuk “Merupa Alam Benda” yang dilaksanakan pada Selasa-Rabu (30-31/5/2023) di Galeri Soemardja, Gedung CAD Lama Lantai 1, ITB Kampus Ganesha.
Mengusung tema still life atau alam benda yang merupakan komposisi dalam karya seni dengan menyusun benda-benda sekitar, Karen merepresentasikan tiga karya Seniman: Kayla Kai, Bagas Mahardika, dan karya Karen Clahilda sendiri.
Meski ketiga karya menampilkan objek yang sama, tetapi tiap seniman mengantarkan visualisasinya dengan medium yang berbeda. Kai menggunakan cat air, Bagas menggunakan cat minyak, sementara Karen menggunakan tinta dengan teknik linocut.
Uniknya, karya-karya yang ditampilkan tidak berdiri sendiri. Namun, pada display masing-masing karya, disandingkan dengan koleksi aman sentuh, audio guide, serta panel dengan huruf-huruf braille (huruf untuk para difabel netra). Hal ini dilakukan untuk memberikan akses kepada para difabel netra agar dapat menikmati karya yang ditampilkan pameran. Dengan begitu, mereka dapat “merasakan” visualisasi karya melalui koleksi aman sentuh dan huruf braille yang dapat mereka raba serta audio guide yang menyertainya.
Penyediaan fasilitas tersebut, kata Karen, merupakan hasil diskusi pada proses perencanaan pameran. “Proses perancangannya dimulai dari berdiskusi dan melibatkan bapak/ibu dari Sentra Wyata Guna perihal fasilitas yang dapat membantu mereka dalam ruang seni. Kemudian, pameran dilaksanakan sebagai wadah uji coba dari hasil diskusi tersebut,” ujar Kurator pameran tersebut.
Melalui pameran ini, Karen ingin menunjukkan bahwa seni yang ia sebut sebagai praktik dan peran yang berdiri untuk merepresentasikan budaya dan manusia, serta merupakan bahasa yang “universal”, harus dapat memayungi setiap lapisan masyarakat tanpa pandang bulu. Dalam hal tersebut, yang ia tegaskan merupakan difabel netra dalam pameran Seni Rupa.
“Masih terdapat banyak hal yang dapat dikembangkan lagi, terutama replika atas karya 2 dimensi yang dianggap cukup sulit untuk dikomunikasikan kepada para difabel netra, berbeda dengan karya 3 dimensi yang dapat diraba keseluruhannya. Harapanku masih besar untuk terus mengembangkan ruang-ruang seni, mengetahui pentingnya peran kesenian dalam mengedukasi masyarakat luas,” ujar Karen Clahilda.
Reporter: Inas Annisa Aulia (Seni Rupa, 2020)