Katsuhiro Nakamura Berikan Ceramah Umum Mengenai Nanoscience
Oleh Annisa Mienda
Editor Annisa Mienda
BANDUNG, itb.ac.id-Pada Selasa (03/02/14), Komisi Keilmuan masa Depan Forum Guru Besar ITB mengadakan ceramah umum yang diisi oleh Katsuhiro Nakamura. Beliau merupakan Profesor dari Faculty of Physiscs, National University of Uzbekistan sekaligus Emeritus Profesor Osaka University, Jepang. Ceramah umum yang dihadiri oleh para guru besar, dosen, serta mahasiswa program magister dan doktor ITB tersebut berlangsung di Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Jl. Dipati Ukur Kota Bandung. Dalam kesempatan kali itu, Katsuhiro menyampaikan materi bertajuk "Introduction to Nonlinear Dynamics and Chaos in Nanoscience".
Topik mengenai nanoscience memang sengaja diangkat pada kuliah umum siang itu karena nanoscience merupakan salah satu bidang keilmuan yang sedang berkembang. "Trend pada masa sekarang adalah simplified materials. Oleh karena itu, mulai dilakukan rekayasa hingga ke tingkat molekular atau atomik yang dapat dilakukan lewat keilmuan nanoscience," tutur Prof. Dr.net.rar Bobby Eka Gunara, M.Si., Sekretaris Komisi Keahlian Masa Depan Forum Guru Besar ITB."Nanoscience juga dapat diaplikasikan ke dalam bidang yang sangat luas, mulai dari rekayasa genetik, pengobatan, hingga piranti perangkat informasi seperti prosesor,"tambahnya.
Bobby menjelaskan bahwa rekayasa molekular atau atomik dapat membuat kinerja suatu material menjadi lebih baik. Ia mencontohkan rekayasa atomik pada kristal silikon yang digunakan sebagai prosesor. Setelah rekayasa atomik dilakukan, kecepatan prosesor tersebut meningkat drastis dari kecepatan prosesor biasa. Selain pada perangkat informasi, aplikasi nanoscience pada bidang medis juga membawa keuntungan. "Salah satu aplikasi nanoscience pada bidang ini ialah merekayasa struktur molekul obat sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Dengan mengecilnya ukuran, daya larut obat akan lebih besar dan proses penyembuhan akan berjalan dengan lebih baik," tutur Bobby. Ia menambahkan, keberadaan nanoscience telah memicu suatu revolusi teknologi dan Indonesia kini sedang memacu dirinya ke arah revolusi teknologi tersebut. Dengan demikian, pembekalan mengenai bidang baru, khususnya nanoscience, perlu dilakukan.
Ceramah umum yang berlangsung selama satu setengah jam tersebut sebenarnya insidental, bertepatan dengan kunjungan Katsuhiro ke beberapa universitas di Indonesia seperti ITB, Universitas Padjadjaran, Universitas Indonesia, dan Institut Pertanian Bogor. Acara tersebut merupakan ceramah umum pertama yang diselenggarakan oleh Komisi Keilmuan masa Depan Forum Guru Besar ITB setelah komisi tersebut dibentuk akhir tahun 2014 lalu. Rencananya, pada Agustus 2015 nanti komisi ini juga akan menyelenggarakan diskusi terbuka mengenai suatu bidang keilmuan yang menghadirkan para pembicara dari dalam negeri.
Bobby berharap, dengan diselenggarakannya ceramah umum tersebut ITB dapat menjadi pionir pengembangan nanoscience di Indonesia dan dunia. "Hal seperti ini harus terus dilakukan dan didukung karena kemajuan science merupakan suatu bentuk kemadirian bangsa," tuturnya di akhir wawancara.
Bobby menjelaskan bahwa rekayasa molekular atau atomik dapat membuat kinerja suatu material menjadi lebih baik. Ia mencontohkan rekayasa atomik pada kristal silikon yang digunakan sebagai prosesor. Setelah rekayasa atomik dilakukan, kecepatan prosesor tersebut meningkat drastis dari kecepatan prosesor biasa. Selain pada perangkat informasi, aplikasi nanoscience pada bidang medis juga membawa keuntungan. "Salah satu aplikasi nanoscience pada bidang ini ialah merekayasa struktur molekul obat sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Dengan mengecilnya ukuran, daya larut obat akan lebih besar dan proses penyembuhan akan berjalan dengan lebih baik," tutur Bobby. Ia menambahkan, keberadaan nanoscience telah memicu suatu revolusi teknologi dan Indonesia kini sedang memacu dirinya ke arah revolusi teknologi tersebut. Dengan demikian, pembekalan mengenai bidang baru, khususnya nanoscience, perlu dilakukan.
Ceramah umum yang berlangsung selama satu setengah jam tersebut sebenarnya insidental, bertepatan dengan kunjungan Katsuhiro ke beberapa universitas di Indonesia seperti ITB, Universitas Padjadjaran, Universitas Indonesia, dan Institut Pertanian Bogor. Acara tersebut merupakan ceramah umum pertama yang diselenggarakan oleh Komisi Keilmuan masa Depan Forum Guru Besar ITB setelah komisi tersebut dibentuk akhir tahun 2014 lalu. Rencananya, pada Agustus 2015 nanti komisi ini juga akan menyelenggarakan diskusi terbuka mengenai suatu bidang keilmuan yang menghadirkan para pembicara dari dalam negeri.
Bobby berharap, dengan diselenggarakannya ceramah umum tersebut ITB dapat menjadi pionir pengembangan nanoscience di Indonesia dan dunia. "Hal seperti ini harus terus dilakukan dan didukung karena kemajuan science merupakan suatu bentuk kemadirian bangsa," tuturnya di akhir wawancara.