Kembali Ukir Prestasi Internasional, KPA ITB Tampilkan Pagelaran Angklung di Esplanade Singapura

Oleh Hafshah Najma Ashrawi

Editor Hafshah Najma Ashrawi

BANDUNG, itb.ac.id - Kabar membanggakan kali ini datang dari unit Keluarga Paduan Angklung ITB, unit yang berdiri sejak tahun 1972 tersebut pada Minggu (22/12/13) lalu turut meramaikan acara 'Celebrate December', festival akhir tahun yang dirangkai oleh Esplanades - Theatres on the Bay. Festival yang diselenggarakan di Esplanade tersebut berlangsung dari Jumat sampai dengan Selasa (20-31/12/13). Selain KPA ITB, terdapat juga penampilan-penampilan dari berbagai kelompok musik seperti Jefferson Pop Orchestra, Voice of Indonesia, Hillary Francis, Summertimes Big Band, Odilon, Sand Artist - Lawrence Koh, Tanglin Rose Big Band, dan Singapore Char Siew Baos yang turut meramaikan festival tersebut.
Pada kesempatan kali itu, KPA ITB menyuguhkan berbagai lagu yang diaransemen menggunakan alat musik tradisional angklung antara lain Mission Impossible, We Are the Champions, Can't Smile Without You, LOVE, Medley Rock, Mamma Mia, dan ditutup dengan penampilan apik Medley Holiday. Ketujuh lagu tersebut dipilih dengan pertimbangan lagu-lagu yang familiar dan melekat pada masyarakat internasional. Pada akhir penampilan, terdapat juga sesi 'Angklung Interaktif' dimana KPA ITB menyuguhkan penampilan spesial  dengan mengajak para penonton untuk turut memainkan angklung bersama mereka. Bersama penonton yang memadati Esplanade- Theatres on the Bay hari itu, KPA ITB memainkan lagu 'Que Sera Sera'  yang disambut dengan antusias tinggi penonton. "Bahkan seusai penampilan, kami bertemu dengan penonton dari India yang baru sekali melihat angklung. Dia ingin membawa pulang contoh satu angklung untuk diceritakan kepada teman-temannya di India," ujar Luthfie Maula (Teknik Meteorologi 2011) selaku Ketua KPA ITB.

Selama kurang lebih satu bulan persiapan, cukup banyak suka duka yang KPA ITB alami. Selain waktu latihan yang berbarengan dengan waktu ujian akhir, pendanaan akomodasi juga sempat menjadi kendala sebelum keberangkatan. Beruntung KPA ITB mendapatkan bantuan sponsor dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Ikatan Alumni ITB (IA ITB), dan Ikatan Orangtua Mahasiswa ITB (IOM ITB). "Terlepas dari hal tersebut, banyak juga suka dan pengalaman yang kami dapat, seperti pengalaman KPA ITB dapat tampil di Esplanade outdoor theatre dengan pemandangan belakang patung Marlion dan Marine Bay , sound system yang profesional,  dan tampil memainkan dua sesi masing masing 45 menit di hadapan masyarakat dunia," ujar Luthfie kepada Kantor Berita ITB.

Profil Keluarga Paduan  Angklung ITB

KPA ITB berdiri pada tahun 1972, merupakan salah satu unit kebudayaan di ITB yang konsisten menekuni alat musik tradisional angklung dan mengadaptasi angklung diatonik yang pertama kali diciptakan oleh Daeng Soetigna, sehingga sampai saat ini angklung dapat dimainkan dalam berbagai pilihan jenis musik . Angklung juga sekaligus merupakan alat musik tradisional yang pada 18 November 2010 ditetapkan oleh UNESCO sebagai "Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity" , dapat dikatakan peran KPA ITB dalam upaya pelestarian Angklung cukup signifikan. KPA ITB juga telah menyelenggarakan tiga pagelaran besar antara lain Konser Paduan Angklung, Festival Paduan Angklung, dan Konser Angklung Rakyat untuk mengenalkan angklung kepada masyarakat publik dan mempertahankan standard musik angklung Indonesia

Selain menyelenggarakan pagelaran independen, KPA ITB juga kerap turut tampil dalam beberapa event baik lokal maupun internasional, antara lain terdapat The 33rd International Physics Olympiad (Indonesia, 2002), Indonesia-Malaysia Week 2007 Serumpun Seirama (Malaysia), Museiumfeurfest Frankfurt (Jerman, 2008) , the Grand Opening of Genexis Theatre (Singapura, 2011), dan terakhir Festival Muzik Bambu (Malaysia, 2011).
"Harapan ke depannya KPA ITB bisa terus berkarya baik di dalam maupun di luar negeri, dapat terus melestarikan Angklung dan juga terus berbagi. Selain itu, teruslah berkarya di bidang manapun yang kamu suka dan tetap cintai budaya Indonesia," ujar Luthfie menutup wawancara .

Sumber gambar : Dokumentasi KPA ITB