Kembangkan Asam Salisilat sebagai Elisitor, Mahasiswa ITB Raih 2 Penghargaan Sekaligus
Oleh Cintya Nursyifa
Editor Cintya Nursyifa
Kompetisi ini mengangkat tema "Optimalisasi Teknologi Sains Terapan melalui Pengembangan Riset dan Pendidikan untuk Meningkatkan Daya Saing di Era MEA" dengan 6 sub tema yaitu: pendidikan, pangan energi, pertanian, lingkungan, dan kesehatan. Tim ITB sendiri memfokuskan diri pada tema pertanian dengan topik "Pengembangan di Bidang Pertanian Guna Meningkatkan Hasil Produksi Dalam Negeri". Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil yang memungkinkan untuk langsung diterapkan di bidang pertanian di Indonesia.
Meskipun awalnya merasa khawatir dengan pesaing yang cukup berat, yaitu universitas yang cukup sering berpartisipasi di Pimnas, menurut Rina timnya optimistis tetap dapat menjadi yang terbaik. Hal ini diperkuat bahwa karyanya sudah diteliti sendiri. Selain itu karyanya ini merupakan inovasi yang baru dan relatif mudah direalisasikan oleh masyarakat. Kompetisi yang diadakan di Yogyakarta ini pun menjadi saksi perjuangan mereka yang berbuah manis. Selain tropi dan uang pembina, Rina dan teman-temannya mendapatkan pengalaman dan teman-teman dari kalangan mahasiswa dari berbagai latar belakang keilmuan. Berkat penampilan yang memukau karena presentasi yang menarik dan dikemas lugas, Rina dan kawan-kawan berhasil mendapat 2 kategori sekaligus.
Terapkan Optimasi Teknologi sebagai Solusi
Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa pemberian elisitor asam salisilat dapat meningkatkan pertumbuhan hingga 1,12 kali dan luas daun sebesar 159%. Untuk konsentrasi asam salilat yang paling optimal sendiri berada pada ukuran 10 pangkat minus lima molar. Dengan penerapan sistem ini, dari sisi ekonomi sendiri GPM (Gross Profit Margin) yang didapat ternyata 3,2 kali lebih tinggi dibanding sistem konvensional yang mengandalkan pestisida. Hal ini sangat menguntungkan bagi petani selada keriting merah. Selain itu penggunaan pestisida kimia tidak ramah bagi lingkungan.
Secara umum karya tim ITB ini mengarah pada optimisasi teknologi untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dengan basis riset pada pertumbuhan tanaman. Ide ini muncul dari penelitian yang selama ini dilakukan dalam memenuhi tugas akhir. Awalnya ketiga mahasiswa ini mencari hal apa yang mudah diterima masyarakat dengan biaya murah, inovatif, dan praktis serta tetap menguntungkan. Hal ini sangat diutamakan bagi masyarakat Indonesia sendiri yang cenderung lebih tertarik pada hal yang sederhana dan memiliki produktivitas tinggi.
Dengan dukungan dosen pembimbing Dr. Rizkita Rachmi Esyanti, mahasiswa-mahasiswa ini dituntut untuk dapat menentukan keputusannya sendiri sekaligus sebagai pembelajaran. Rina mengakui bahwa dengan prestasi yang diraihnya ini, ia juga mendapatkan banyak teman baru dan pengalaman yang lebih dan kurang lebih sepadan dengan pengorbanan yang kurang lebi sepadan dengan hasil yang didapatkan. Semoga anak-anak ITB tetap menghasilkan karya berupa ide, konsep, atau dalam suatu bentuk tertentu. Let do our best, and let God do the rest," tutup Rina.