Kembangkan Membrane Distillation, Mahasiswa ITB Raih Peringkat Pertama LKTIN CHAIN 2017
Oleh M. Armando Siahaan
Editor M. Armando Siahaan
BANDUNG, itb.ac.id - ITB kembali menunjukkan eksistensinya dalam dunia sains dan teknologi melalui inovasi penyediaan air bersih untuk daerah pesisir. Inovasi ini dikembangkan oleh mahasiswa Teknik Kimia ITB angkatan 2014, yakni Mey Shelly Rikin dan Vania Elita Krisnandika. Inovasi penyediaan air bersih yang memanfaatkan ini berhasil menghantarkan kedua mahasiswa ITB tersebut menjadi juara pertama pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Chemical Engineering in Action (LKTIN CHAIN) 2017. Lomba yang diselenggarakan oleh Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ini mengangkat tema Science and Technology for Sustainable Development Goals. Sebelum dinyatakan menjadi pemenang pada ajang ini, tim ini telah melewati serangkaian seleksi ketat yang terdiri dari seleksi abstrak, seleksi karya tulis ilmiah, dan presentasi final pada hari Minggu (17/09/17) silam.
Penyediaan Air Bersih dengan Membrane Distillation
Membrane distillation adalah membran mikropori hidrofobik yang sudah mulai banyak diteliti dan dikembangkan belakangan ini. Umumnya, jenis membran yang sering dikembangkan adalah membrane reverse osmosis. Tetapi penggunaan membran ini harus dilakukan pada tekanan operasi yang tinggi. Untuk itulah, membrane distillation mulai banyak dikembangkan karena dapat beroperasi pada tekanan ambien dan suhu rendah.
Untuk mengolah air laut menjadi air bersih, tim ini memanfaatkan konfigurasi Direct Contact Membrane Distillation (DCMD). Dalam hal ini, air laut digunakan sebagai umpan dan dibiarkan terevaporasi dengan bantuan matahari. Selanjutnya, uap air yang terevaporasi masuk melewati membran mikropori dan akan keluar melalui sisi membran yang lain. Hal ini memanfaatkan prinsip kerja perbedaan temperatur antara dua sisi membran. Kemudian, uap air yang keluar dari sisi lain membran dikondensasi hingga menghasilkan air bersih. Air tersebut dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, seperti mandi, mencuci, dan minum. Tetapi, sebelum dapat dimanfaatkan sebagai air minum, air tersebut harus diproses lebih lanjut untuk menambahkan mineral-mineral yang dibutuhkan.
Mey mengaku, pengembangan ide ini berangkat dari pengalaman pribadinya yang tinggal di daerah pesisir dan sempat menghadapi masalah kekurangan air bersih. Mey merasa permasalahan ini perlu diselesaikan agar semua masyarakat Indonesia mendapatkan akses yang layak untuk air bersih. Selaras dengan tujuan sustainable development goal (tujuan pembangunan berkelanjutan), pemenuhan kebutuhan generasi masa kini memang harus mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan datang, termasuk kebetuhan akan air bersih. Untuk itu, sistem membrane distillation ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyediakan air bersih di daerah pesisir pantai secara berkelanjutan.
Ditambah lagi, penggunaan membrane distillation ini terbilang murah dan ramah lingkungan. Pasalnya, pasokan energi yang digunakan untuk sistem ini dapat diperoleh dengan mudah dari energi matahari yang jumlahnya melimpah, secara khusus untuk negara tropis seperti Indonesia. Tak hanya itu, energi listrik yang dibutuhkan untuk mendukung sistem ini juga dapat dipasok dengan mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Artinya, umpan air laut yang dibutuhkan sangat banyak tersedia. Oleh karena itu, pemanfaatan membrane distillation ini diharapkan dapat menjadi solusi penyediaan air bersih untuk berbagai daerah di Indonesia.
Sumber gambar : dokumentasi narasumber