Kewirausahaan ITB Raih Prestasi Nasional

Oleh Teguh Yassi Akasyah

Editor Teguh Yassi Akasyah

BANDUNG, itb.ac.id - Untuk kesekian kalinya, ITB kembali meraih prestasi akademik melalui kompetisi yang diikuti oleh tiga mahasiswa Program Studi Kewirausahaan, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB. Melalui kompetisi bertajuk "Gempa 4.0 Business Plan Competition" yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tersebut, ketiga mahasiswa yang terdiri dari Putri Rahmawati (Kewirausahaan 2013), Irfan Fajri (Kewirausahaan 2013) dan Widianingsih (Kewirausahaan 2013) berhasil membawa ITB meraih juara tiga untuk karya yang dikompetisikan. Ajang tahunan ini dilaksanakan pada Rabu - Kamis (25-26/03/15) di ITS, Surabaya.

Kali ini, tema yang diperlombakan adalah "Entrepreneur Menumbuh-Kembangkan Kreatifitas Bisnis Mahasiswa". Berdasarkan tema tersebut, setiap kelompok yang akan mengikuti ajang tersebut diberikan keleluasaan untuk mengajukan ide kewirausahaan yang dinilai mampu untuk menarik perhatian konsumen nantinya. Tim dari Kewirausahaan ITB tersebut mengajukan ide dengan memanfaatkan produk krupuk gedar dengan modifikasi yang berbeda dari kebanyakan produsen kerupuk gedar lainnya.

Dari Kerupuk Gedar Hingga Piagam Prestasi

Secara pengertian, kerupuk gedar atau terkadang disebut gedar adalah kerupuk yang terbuat dari adonan nasi yang diberi bumbu rempah dan penambah rasa. Untuk menambah kekenyalan kadangkala ditambahkan bleng, tetapi jika tidak menggunakan bleng bisa ditambahkan tepung tapioka agar adonan mentahnya menjadi kenyal dan padat. Berdasarkan penelitian sebelumnya, bleng yang ditambahkan tersebut merupakan campuran garam mineral yang digunakan secara luas untuk membuat makanan tradisional seperti kerupuk. Garam bleng mampu mengembangkan dan memberikan kekenyalan pada bahan, serta memberi aroma dan rasa yang khas. Garam bleng mengandung asam borat atau boraks yang berbahaya bagi kesehatan sehingga produk makanan yang dihasilkan menjadi tidak aman.

Berdasarkan hal tersebut, ketiga mahasiswa tersebut terinspirasi untuk memodifikasi kandungan bleng yang diberikan pada kerupuk, sehingga lebih sehat jika dikonsumsi. Bleng yang digunakan oleh tim tersebut merupakan adonan sendiri yang diproduksi dari bahan alam murni. Selain memodifikasi bleng demi kesehatan, tim tersebut turut berinovasi melalui cita rasa yang akan dipadukan pada kerupuk tersebut. Pasalnya, kebanyakan kerupuk gedar saat ini hanya memanfaatkan seasoning powder atau bumbuk serbuk yang merupakan bumbu perasa untuk makanan ringan yang ditaburkan secara langsung setelah selesai digoreng. Penggunaan bumbu serbuk tersebut juga kurang baik jika digunakan dalam jumlah yang banyak.

Hal tersebut mendorong ketiga mahasiswa tersebut untuk memberikan sentuhan rasa yang berbeda tanpa menggunakan bumbu serbuk. Inovasi yang diberikan adalah penambahan sambal ketika diadonkan, sehingga bumbu lebih meresap dan lebih baik untuk dikonsumsi. Sambal yang digunakan pun menarik perhatian juri, yaitu empat jenis sambal yang memang telah laris dan dikenal banyak orang, seperti sambal bumbu rendang, sambal hijau, sambal balado dan sambal terasi. Pemilihan empat jenis sambal ini didasarkan juga kepada peningkatan nilai tradisional Indonesia, sehingga cita rasa nusantara tetap dikenal oleh masyarakat.

Inovasi terhadap kerupuk gedar yang saat ini telah jarang dikonsumsi masyarakat tersebut berhasil mengundang perhatian juri. Dari sampel yang dibawa ketika presentasi, juri menilai bahwa kerupuk yang dibawa tersebut berbeda dari gendar biasanya. "Kerupuk yang kami produksi ini dapat dikatakan lebih sehat dan memiliki cita rasa nusantara yang saat ini jarang digunakan untuk bumbu makanan ringan," tutur Putri.

Semangat Sebagai Motivasi Utama

Ketika mendapatkan kesempatan untuk lolos menjadi sepuluh besar dari 110 tim, ketiga mahasiswa ITB tersebut diberitahu dua hari sebelum lomba final diadakan. Kondisi ini membuat tim tersebut lebih kompak dan semangat dalam mempersiapkan seluruhnya. Semangat yang dimiliki oleh tim tersebutlah yang berhasil mendorong tim hingga salah satu posisi tiga besar diraih oleh ITB. "Kami yakin bahwa prestasi ini bukan akhir dari segalanya, tetapi adalah awal cita-cita. Kami berencana untuk tetap melanjutkan produk ini hingga bermanfaat bagi masyarakat, seperti cita-cita untuk membentuk community development dimana terdapat komunitas desa sebagai produsen, dan kita sebagai distributornya," tambah Putri menjelaskan impian masa depan tim tersebut.

 

Sumber dokumentasi: Putri Rahmawati (Kewirausahaan 2013).