Kisah Henrikus dan Felisha, “Mutiara” dari Daerah 3T yang Menempuh Pendidikan Tinggi di ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Institut Teknologi Bandung mendukung upaya pengembangan potensi “mutiara” terbaik bangsa dari seluruh penjuru Indonesia. Dengan menyelenggarakan Program Dukungan Daerah 3T serta menjadi institusi yang turut mengelola Program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) oleh Kemendikbudristek, pelajar dari daerah 3T memperoleh kesempatan yang sama untuk menempuh pendidikan tinggi.
Adalah Henrikus Williams Ko’o (FMIPA Angkatan 2023) dan Kwart Felish Pitornela Wainggai (SAPPK Angkatan 2023), yang mendapatkan kesempatan berkuliah di ITB. Mereka membagikan cerita perjuangan menjadi mahasiswa ITB. pada sesi talkshow “Sosialisasi Edisi Ke-3: Program Strategis Nasional, Dukungan Daerah 3T dan Beasiswa Seleksi Mandiri ITB 2023” yang diselenggarakan pada Sabtu, 20 Mei 2023 silam.
Felisha, sapaannya, merupakan mahasiswi yang berasal dari Serui, Provinsi Papua yang memperoleh bantuan pendidikan melalui Program ADik. Ia mengaku kesulitan untuk mengakses internet di tempat tinggalnya di Serui. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa ITB kala itu. Ia bercerita baru bisa mengakses internet saat malam hari sehingga Felisha harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Setelah dinyatakan sebagai mahasiswi ITB, Felisha menemui tantangan baru, yakni suasana pembelajaran yang berbeda. Adanya perbedaan cuaca, bahasa, budaya, serta kualitas pembelajaran membuatnya mengalami kesulitan pada awalnya. Selain itu, ia mengaku masa transisi dari SMA ke kuliah membuatnya sulit mengatur waktu. Saat menjadi mahasiswi, ia harus bisa membagi waktu antara belajar, mengerjakan tugas, mengikuti kegiatan nonakademik, dan bersosialisasi dengan teman.
Namun, kesulitan yang Felisha temui dapat diatasi dengan baik. Program pendampingan yang disediakan oleh ITB sangat membantu Felisha. “Saya curhat dengan dosen wali, kemudian beliau memberi saya motivasi untuk meneruskan perjalanan di ITB. Selain itu, banyak dosen dari kelas afirmasi yang mendampingi,” ungkap Felisha. Selain itu, Felisha bercerita mengikuti banyak kegiatan nonakademik yang membantunya lebih mengenal lingkungan belajarnya yang baru.
Henrikus yang turut hadir mengisi talkshow juga menceritakan kisahnya berkuliah di ITB. Ia berasal dari Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menerima bantuan pendidikan melalui Program Dukungan Daerah 3T. Mahasiswa yang tertarik dengan dunia astronomi ini mengaku mengalami kendala belajar pula. Proses adaptasi yang harus ia jalani untuk mengenal lingkungan perantauannya ini cukup menyulitkan pada awalnya. Begitu pula dengan masa transisi antara SMA dan kuliah yang berbeda.
Sebagai mahasiswa afirmasi, Henrikus juga menerima program pendampingan yang difasilitasi oleh ITB. Ia merasa terbantu dengan pendampingan akademik yang diberikan oleh tutor akademik. Henrikus dan mahasiswa afirmasi lainnya mengikuti kelas khusus yang biasanya diselenggarakan sebanyak 4 kali dalam seminggu.
Dengan adanya kelas ini, Henrikus merasa senang karena memiliki waktu belajar lebih banyak. Kegiatan-kegiatan pendukung yang diikuti oleh mahasiswa afirmasi lainnya juga membawa Henrikus ke pengalaman-pengalaman baru.
Felisha dan Henrikus mengaku senang dengan adanya program yang mendukung pelajar dari daerah 3T. Mereka berharap semakin banyak pelajar dari daerah 3T yang menempuh pendidikan tinggi. Sebagai penutup, Felisha memberikan kata semangat untuk calon mahasiswa baru ITB.
“Tetap semangat! Kalau kalian diterima di ITB, itu tandanya kalian sudah hebat. Kalau berhasil menamatkan pendidikan di ITB, kalian harus bisa berkontribusi ke masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai bukti kalian mendapatkan banyak pembelajaran di ITB. Mari membangun negara demi Indonesia maju dan pintar,” ucap Felisha.
Tak lupa Henrikus juga menyemangati siswa yang ingin masuk ke ITB, terutama untuk siswa dari daerah 3T. “Saya yakin teman-teman bisa diterima di ITB, apalagi ITB memiliki Program Dukungan Daerah 3T. Tetap semangat belajar dan tidak lupa untuk berdoa,” tutup Henrikus pada sesi talkshow tersebut.
Reporter: Hanan Fadhilah Ramadhani (Teknik Sipil Angkatan, 2019)