KKN Tematik ITB 2017 : Ajang Perubahan Untuk Diri dan Negeri

Oleh Sitti Mauludy Khairina

Editor Sitti Mauludy Khairina

BANDUNG, itb.ac.id - Ada yang mengatakan bahwa mahasiswa ialah penyambung lidah rakyat. Jika itu memang benar adanya, alangkah baiknya mahasiswa berperan aktif di kegiatan kemasyarakatan, minimal agar tahu bagaimana sebenarnya kondisi masyarakat saat ini. Dalam rangka inilah, Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB memfasilitasi mahasiswa-mahasiswi ITB untuk menyelami lebih dalam kehidupan masyarakat sebagai bentuk pengabdian terhadap negeri melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ITB 2017.

Terapkan Keilmuan Sesuai Tema yang Diminati 

Selama 21 hari, terhitung sejak Senin (17/07/17), 180 orang mahasiswa ITB yang telah mengikuti serangkaian seminar pra-KKN diberangkatkan ke Desa Cipakem, Kecamatan aleber, Kabupaten Kuningan, untuk mulai menerapkan keilmuan yang telah dipelajari. Kali ini, terdapat tiga tema, yakni tema air, tema pendidikan, juga tema infrastruktur yang dapat dipilih sesuai ketertarikan peserta.


Selain fokus pada bidang yang berbeda, setiap tema juga memiliki ‘desa binaan’ yang berbeda pula mengingat kebutuhan setiap desa pun bermacam-macam. Misalnya, tema pendidikan dan tema infrastruktur yang fokus pada pusat Desa Cipakem, atau tema eco-agro yang potensial dalam bidang pertanian di Kampung Cigerut Kulon. Lain lagi halnya dengan Kampung Cisandag, Kampung Pakulahan, dan Kampung Cigerut Wetan yang masih minim infrastruktur penyaluran airnya sehingga menjadi fokus tema air. Pada kesempatan ini, Kampung Cigerut Wetan akan menjadi bahasan lebih lanjut.


Pelaksanaan Proyek Konstruksi dan Proyek Sosial 
Berhubung terdapat 23 orang mahasiswa yang berpartisipasi dalam proyek di Kampung Cigerut Wetan, tim pun membagi dua tugas utama untuk dua kelompok kecil. Kelompok pertama terdiri atas tim lelaki yang bertugas untuk konstruksi sedangkan kelompok kedua ialah para perempuan yang lebih diarahkan untuk melaksanakan proyek social.

Selama berada di Kampung Cigerut Wetan, tim melakukan beberapa proyek konstruksi utama, yaitu pembangunan perpipaan transmisi air dari mata air ke desa, rehabilitasi reservoir umum untuk penampungan air, dan pembangunan kamar mandi umum bagi masyarakat. Andronikus Riansy (Teknik Sipil 2015), salah satu anggota perancang MCK Cigerut Wetan, bersama tim desain lainnya pun tidak serta merta mendesain secara sembarangan. Dengan bantuan Ir. Hernawan Mahfudz, M.T., selaku dosen pembimbing dari kelompok keahlian air pada Program Studi Teknik Sipil ITB, tim dapat menyelesaikan konstruksi dengan pertimbangan berbagai pertimbangan teknis. “Beliau yang memberikan saran-saran mengenai perpipaan dan juga peletakkan pembangunan reservoir,” ungkap Andro.



Tak hanya itu, tim pun memberdayakan masyarakat Cigerut Wetan melalui proyek sosial yang sasarannya adalah anak-anak, ibu-ibu, dan pemuda. Setiap pagi dan petang, tim rutin mengajar mengaji dan sesekali membuka kelas diskusi tentang nasionalisme, kebersihan, hingga cita-cita bersama anak-anak. Sekitar dua kali dalam seminggu, sempat pula dibuka kelas membuat prakarya dari bungkus kopi yang ditujukan untuk memberdayakan ibu-ibu di sana. Tak hanya itu, pemuda-pemuda yang dinilai mempunyai semangat yang tinggi dan ide-ide yang kreatif pun disertakan dalam kepanitiaan lomba “Agustusan” yang diharapkan kelak dapat menjadi program kerja tahunan.


Perubahan Setelah Proyek Selesai 
Setelah proyek konstruksi selesai, perubahan secara fisik mulai terasa signifikan terutama pada peningkatan debit air dan tersedianya kamar mandi umum yang lebih memadai. Namun, infrastruktur yang dibangun tersebut tidak akan bertahan lama apabila tidak ada pengelolaan yang baik dari masyarakat. Maka dari itu, selain dari pengadaan proyek konstruksi, tim pun memberikan penyuluhan mulai dari pentingnya merawat komponen-komponen yang telah dibangun hingga pentingnya menghemat air misalnya dengan cara menampung air yang berlebih.


Perubahan ternyata bukan hanya dirasakan oleh warga Cigerut Wetan, tetapi juga peserta KKN sendiri. Lintang Ayu (Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air 2015) selaku ketua divisi acara Kampung Cigerut Wetan mengaku menjadi lebih mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Lain halnya dengan Andro yang mengaku awalnya mengikuti KKN karena alasan keprofesian semata, akhirnya mengubah orientasinya. “Tujuan saya untuk melakukan hal tersebut adalah untuk kepentingan masyarakat terlebih dahulu baru kemudian pengembangan bagi diri saya sendiri.” ungkap mahasiswa asal Kalimantan tersebut.


Pada akhirnya, melebur dan berinteraksi lebih di kehidupan bermasyarakat akan meningkatkan sensitivitas seseorang terhadap sesama. KKN mengajarkan banyak hal, terutama untuk berniat lebih lurus, untuk melangkah lebih jauh, untuk mendengar lebih banyak, untuk berbahagia lebih sederhana, dan untuk merasa lebih dalam. Jika warga desa mengira bahwa mereka mendapat begitu banyak bantuan berupa fasilitas baru yang lebih memadai, sejujurnya peserta KKN-lah yang mendapat sesuatu yang jauh lebih berharga, yaitu pengalaman.