Klarifikasi Aksi Tolak Politisasi Kampus oleh K3M ITB
Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Mengenai Keberjalanan Aksi 17 April 2014
Aksi yang kami lakukan, telah mendapatkan izin dari Kongres KM-ITB. Adapun mengenai kesepakatan mengenai aksi yang diajukan adalah sebagai berikut;
-Atribut aksi yang telah disepakati adalah sebagai berikut;-Spanduk yang berisi: "Kampus Netral Harga Mati" dan "Tolak Politisasi Kampus"
-Karangan bunga "Turut berduka cita atas dipolitisasinya Kampus ITB"
-Plan aksi yang telah disepakati adalah sebagai berikut:
Pasukan aksi dibagi menjadi tiga pasukan; Pasukan longmarch yang dikomandoi oleh Pradipto (Fisika 2011) dengan titik yang dimulai dari sekre unit Majalah Ganesha. Koordinator lapangan aksi di gerbang depan dikomandoi oleh Adhy (Fisika 2011) dengan titik dimulai setelah massa sampai ke gerbang depan, sedangkan pasukan 'dalam' SG dikomandoi oleh Jeffry Giranza (Teknik Geologi 2010). Jendral lapangan yang membawahi ketiga pasukan tersebut adalah Okie Fauzi Rahman (Fisika Teknik 2011).
Selain itu, Jeffry juga menyampaikan beberapa kesalahan teknis yang terjadi di lapangan,
-Ada oknum yang tidak bertanggung jawab (belum diketahui sampai hari ini siapa oknum tersebut) yang memasang spanduk di Taman Sari mengenai "Tolak Capres Ingkar Janji". Spanduk tersebut dipasang hanya sebentar, dan kami mengetahuinya dari pemberitaan yang tersebar di media massa dari foto tersebut. Kami menegaskan bahwa spanduk tersebut bukan bagian dari aksi kami, karena maksud kami adalah menyatakan bahwa kampus ini netral, bukan untuk menyudutkan Pak Jokowi.
-Masa aksi yang hadir melebihi target (40 orang), hal ini menyebabkan lapangan menjadi sangat dinamis dan sangat mempengaruhi psikologi massa, baik yang mengikuti aksi dan menyaksikan aksi.
Adanya miss koordinasi di lapangan saat penahanan mobil asisten Jokowi dengan barikade tutup saat mobil tersebut melewati gerbang depan ITB. Plan awal adalah 40 massa dengan barikade tutup buka dan hanya sekedar menyapa Pak Jokowi. Namun akibat bertambahnya jumlah massa yang signifikan, dan tidak ada plan B untuk mengatur pertambahan massa yang signifikan, hal ini menyebabkan kesulitan pengendalian massa di lapangan, efeknya adalah massa memanas dan seakan menahan mobil masuk dengan barikade.
Selengkapnya dapat diakses melalui http://km.itb.ac.id/site/klarifikasiaksi17april2014/