KM-ITB Gelar Diskusi Publik Subsidi BBM untuk Kemakmuran Bangsa

Oleh Bangkit Dana Setiawan

Editor Bangkit Dana Setiawan

BANDUNG,itb.ac.id - Sabtu(06/09/14) bertempat di Auditorium Campus Centre (CC) Timur dilangsungkan Diskusi Publik Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Kemakmuran Bangsa. Diskusi publik ini diselenggarakan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB. Selain mahasiswa ITB yang  menjadi peserta dalam diskusi publik ini, hadir pula mahasiswa universitas lain di Bandung.

Kementrian ESDM KM-ITB menghadirkan Direktur BBM Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Dr. Ir. Djoko Siswanto, M.B.A., Direktur Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, dan Dosen Teknik Perminyakan ITB, Ir. Tutuka Ariaji, MSc., Ph.D.  Selain nama-nama tersebut, terdapat satu perwakilan mahasiswa, yakni Billal Maydika Aslam (Teknik Perminyakan 2011) yang turut menjadi narasumber dalam diskusi publik ini. Mereka berasal dari berbagai profesi, mahasiswa, pendidik, profesional, serta pejabat yang memang berkecimpung di bidang energi, khusunya BBM. Masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi permasalahan subsidi BBM ini.

Acara dimulai dengan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Presiden KM-ITB, Jeffry Giranza. Jeffry mengungkapkan bahwa negara kita, Indonesia sudah tidak sekaya dulu yang dapat mengekspor minyak ke negara-negara lain. "Indonesia sudah menjadi negara net-importir minyak, sekarang minyak bukan cuma mahal, tapi juga sulit didapat. Peran mahasiswa disini adalah mahasiswa dapat menyampaikan jeritan masyrakat kepada para pengambil kebijakan, serta yang pasti adalah memahami kebijakan tersebut," ungkap Jeffry.

Setelah sambutan, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan mengenai isu subsidi BBM ini oleh masing-masing narasumber. Yang pertama disampaikan oleh Billal mengenai penurunan kuota BBM bersubsidi dari 48 juta kiloliter menjadi 46 juta kiloliter, amanat konstitusi UUD pasal 33 tentang subsidi BBM, serta cara untuk mengurangi ketergantungan akan BBM bersubsidi. "Ada empat cara untuk menekan konsumsi BBM bersubsidi, yakni diversifikasi, konservasi, efisiensi, serta harga BBM yang rasional," ungkap Bilal.

Berbeda dengan Djoko yang menyampaikan data statistik penggunaan solar, minyak tanah, dan premium sejak tahun 2005. "Dulu waktu negara kita masih tergantung dengan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak, masalah subsidi minyak tanah ini tak kunjung selesai. Sampai pada akhirnya Pak Jusuf Kalla menginstruksikan untuk konversi dari minyak tanah ke LPG. Itu adalah salah satu kisah sukses konversi BBM ke BBG," ungkap Djoko. Lain lagi dengan Marwan dan Tutuka yang membahas mengenai bauran energi hingga tahun 2050. "Tahun 2014 penggunaan energi terbarukan hanya sekitar 5,6 % dan diperkirakan akan meningkat menjadi 31% pada tahun 2050. Dengan memperbesar konsumsi energi terbarukan secara perlahan dapat menurunkan konsumsi bahan bakar fosil," jelas Tutuka.