Konferensi AACSB di Bali, SBM ITB Tekankan Penyelarasan Akreditasi Nasional dan Global Perguruan Tinggi

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BALI, itb.ac.id – Prof. Dr. Aurik Gustomo, S.T., M.T. dari Sekolah Bisnis dan Manajemen, Istitut Teknologi Bandung (SBM ITB) menjadi salah seorang narasumber dalam Konferensi Akreditasi Asia Pasifik (APAC) 2024, yang digelar The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) Asia Pasifik, di Bali, Rabu-Jumat (5-7/6/2024).

Kegiatan tersebut menjadi ruang diskusi yang mendalam, berbagi pengetahuan, dan upaya kolaboratif untuk membentuk masa depan pendidikan di wilayah Asia Pasifik, yang dihadiri 321 peserta dari 21 negara.

SBM ITB turut berkotribusi dalam kegiatan tersebut sebagai mitra lokal, yang merupakan salah satu dari sedikit sekolah bisnis di dunia yang telah mendapatkan akreditasi internasional AACSB, sebuah pencapaian yang hanya diraih oleh 6% sekolah bisnis di seluruh dunia.

Prof. Aurik Gustomo, yang merupakan Asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (LAMEMBA) dan former Wakil Dekan Sumber Daya dan Wakil Dekan Akademik, SBM ITB, menjadi narasumber bersama Regional Head South Asia dari AACSB International, Amy Memon dan Profesor yang juga former Dekan Universiti Malaya, Che Ruhana Isa dalam sesi diskusi "Balancing Akreditasi Internasional dan Nasional", Kamis (6/6/2024).

Diskusi membahas bagaimana sekolah bisnis menavigasi akreditasi international AACSB secara bersamaan dengan persyaratan akreditasi nasional yang unik. Para pembicara memberikan wawasan dan praktik terbaik untuk mendukung penyelarasan sekaligus membuat proses akreditasi lebih efisien.

Prof. Aurik Gustomo mengatakan, "Kami mengembangkan kerangka kerja nasional untuk standar akreditasi EMBA dengan fokus pada berbagai standar seperti SDM, pendidikan, dan hasil pembelajaran. Kami membandingkan standar LAMEMBA dengan AACSB. LAMEMBA mendorong fokus pada standar nasional DIKTI sedangkan AACSB menekankan pada dampak dan pengembangan jaringan industri serta komunitas."

Beliau menambahkan, LAMEMBA fokus pada eksposur internasional sementara AACSB lebih pada pengakuan internasional dan kontribusi sosial.

"Sebagai asesor LAMEMBA, kami melihat adanya peningkatan dalam minat sekolah bisnis dan fakultas ekonomi di Indonesia khususnya, akreditasi nasional seperti LAMEMBA dapat dijadikan jembatan untuk meraih akreditasi international seperti AACSB,” katanya.

Beliau pun menekankan pentingnya penjelasan lebih lanjut tentang keunikan misi sekolah bisnis dalam mencapai kompetensi lulusan. “Seperti di SBM ITB khususnya karakter kewirausahaan,” katanya.

Sekolah bisnis pun harus mengembangkan dosen yang ahli di bidang kewirausahaan sesuai dengan misinya. Desain kurikulum menggunakan kerangka OBE memerlukan pemetaan yang jelas dari formulasi learning goals atau target pembelajaran ke setiap mata kuliah, pengukuran pencapaian, serta analisis dan perbaikan berkelanjutan. Dokumen pendukung seperti perubahan struktur kurikulum, silabus, dan bahan ajar juga diperlukan. Selain itu, pengembangan kerja sama internasional akan mendukung pembentukan lingkungan akademik global melalui program mobilitas mahasiswa, pertukaran dosen, dan penerimaan mahasiswa asing.