Konser ISO Mahagita Nusantara: Tunjukkan Luasnya Khazanah Musik Indonesia
Oleh Ria Ayu Pramudita
Editor Ria Ayu Pramudita
Konser yang dilaksanakan untuk memperingati enam tahun berdirinya ISO ini sudah ditunggu-tunggu oleh civitas akademika ITB. Buktinya, tiket yang mulai dijual pada Senin (11/04/11) habis terjual dalam waktu kurang dari satu jam. Para penonton menantikan sentuhan-sentuhan ISO dalam tajuk 'Mahagita Nusantara' yang membawakan lagu-lagu tradisional dari sebagian daerah Indonesia pada sesi pertama dan lagu-lagu nasional, tembang lawas, serta rangkaian lagu daerah dari penjuru lain Nusantara.
Memakai kostum hitam dengan aksen kain batik, orkestra memainkan Indonesia Raya yang disusul oleh Bubuy Bulan dan Gundul-gundul Pacul yang menampilkan Arya Pugala Kitti (Kimia 2008) sebagai solois biola. Dua Waltz dari Kalimantan kemudian menyusul dengan penampiian kuartet biola dalam rangkaian lagu Ampar-ampar Pisang dan Saputangan Bapuncu Ampat.
Berikutnya dimainkan Pizzicato Papua yang menampilkan lagu Sajojo, Apuse, dan Yamko Rambe Yamko yang dikemas manis dengan petikan-petikan ceria dari dawai biola (pizzicato) yang menerima tepuk tangan sangat meriah dari penonton. Sesi pertama ini kemudian ditutup dengan Medley Lagu Anak berupa piano concerto yang menampilkan M. Syafril Radifanur (Teknik Geodesi dan Geomatika 2009) sebagai pianis.
Dalam sesi kedua, KPA tampil dalam kolaborasi lagu-lagu lawas Mahakarya Indonesia yang memainkan lagu Aryati, Sepasang Mata Bola, Smaradhana, Badai Pasti Berlalu, dan Matahari. Setelah itu tampil Lalita Fitrianti (Biologi 2007) sebagai vokalis dalam tembang O Ina Ni Keke dan Buka Pintu yang dibawakan dalam suasana jazz. ITB Choir lalu muncul dalam Medley Lagu Batak yang dilanjutkan oleh Mystical Bali bersama MGG yang menampilkan tarian kecak dalam irama etnik Bali.
Puspalia Panggabean (Kriya Tekstil 2004) kemudian membawakan lagu keroncong Bengawan Solo dan Di Bawah Sinar Bulan Purnama dalam unsur orkestra yang kental. Berikutnya dimainkan adalah komposisi karya mahasiswa ITB, yaitu Inharmonia Indonesia karya Hanif Widya Nugraha (Teknik Geofisika 2004) dan ditutup oleh Simfonia Indonesiana yang menggabungkan lagu-lagu patriotik Indonesia.
"Konsernya bagus, bisa membantu kita untuk lebih mengenai dan menikmati musik Nusantara dengan gaya berbeda," komentar Gabrisia (Fisika Teknik 2009) yang menyaksikan konser malam itu. "Konsernya sangat mampu menampilkan lagu-lagu lawas dari legenda semacam Eros Djarot dan Gesang tanpa terkesan tua atau berat." Seluruh penonton baik kalangan muda maupun tua memberikan tepuk tangan yang sangat meriah bagi keberhasilan konser ISO kali ini, bahkan tidak sedikit yang memberikan standing ovation.
Dwi Sasetyaningtyas (Teknik Kimia 2009) sebagai salah satu dari pemain kuartet biola juga menyatakan kepuasan bermain dalam konser Mahagita Nusantara, "Temanya sangat menarik, aransemennya juga bisa menggabungkan hal-hal kecil jadi karya yang mewah. Suka banget!" Dia menargetkan untuk dapat menyelenggarakan konser ISO yang lebih baik lagi di tahun mendatang.