Kontes Terbang Indonesian Indoor Aerial Robot Contest 2008

Oleh kristiono

Editor kristiono

BANDUNG, itb.ac.id - Atas prakarsa Dr. Taufiq Mulyanto, staf pengajar di Prodi Aeronotika dan Astronotika, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB pada Minggu (26/9) menyelenggarakan kontes robot terbang berjuluk Indonesian Indoor Aerial Robot Contest 2008. Kontes yang diakui oleh Japan Society of Aeronautics and Space Sciences (JSASS) ini diikuti oleh 15 tim terdiri atas lima tim kategori umum dan 10 tim kategori perguruan tinggi. Peserta asal perguruan tinggi berasal dari Universitas Indonesia, STTA Yogyakarta, Universitas Hasanudin Makassar, Universitas Nurtanio Bandung, dan Institut Teknologi Bandung.
Kontes ini mensimulasi misi pemantauan udara menggunakan video kamera pada pesawat yang ditransmisikan secara on-line ke ruang observasi. Peserta wajib merancang, membuat dan menerbangkan pesawat masing-masing dengan membawa micro-camera seberat 15 gram yang telah disediakan oleh penyelenggara. Batasan berat pesawat sebesar 150 gr (termasuk berat micro-camera) menjadi tantangan dan menuntut keahlian tinggi merancang pesawat yang sesuai untuk misi pengambilan gambar.

Sebelum berhak ikut kontes terbang, setiap tim harus memberi presentasi teknis kepada dewan juri. Di saat yang sama, pesawat tim peserta juga divalidasi untuk mengecek berat dan tingkat keselamatannya. Dari 15 tim yang terdaftar, hanya 12 yang dinyatakan lulus. Bobot maksimum 150 gr menjadi penyebab utama beberapa tim gagal dalam tahap validasi ini.

Mencermati solusi desain yang dipilih oleh setiap tim cukup kreatif. Meskipun konfigurasi desain pesawat yang dipilih umumnya masih berupa konfigurasi konvensional dengan sayap, fuselage dan ekor tegak dan ekor datar, namun beberapa tim memilih konfigurasi desain yang berbeda. Tim Pijer,kategori umum, memilih menggunakan konfigurasi flying wing (single lifting surface). Tim Bul-bul ITB, kategori perguruan tinggi, memilih konfigurasi triple lifting surface. Tim Firefly dari UNHAS menampilkan desain dengan differential thurst untuk kendali direksional. Tim FreeBird Micro UAV juga dari ITB memilih konfigurasi Flying wing dengan sistem pergerakan titik berat untuk kendali longitudinal.

Kontes terbang (27/9) bertempat di Gedung Serba Guna ITB, peserta menerbangkan pesawat yang sudah dilengkapi dengan micro camera untuk melewati gawang dan melakukan pengamatan atas sebuah zona observasi berdiameter 20 meter. Dalam zona observasi diletakkan 20 macam karakter berbeda dengan tiga ukuran kertas berbeda: A4, A3 dan A2. Selama penerbangan, micro-camera memancarkan gambar yang diambil ke sebuah penerima di ruang observasi, dimana salah seorang anggota tim sebagai observer akan mencatat karakter-karakter yang terlihat.

Juri IIARC 2008, yang terdiri atas akademisi, praktisi dan potensial user dari Balitbang Dephan RI, menetapkan tiga pemenang kategori umum, tiga pemenang kategori perguruan tinggi dan dua penghargaan masing-masing untuk presentasi terbaik dan desain terunik. Penilaian kontes ini, yang mengadopsi konsep lomba di University of Tokyo, Jepang, didasarkan pada jumlah karakter yang terbaca benar, jumlah karakter yang terbaca salah, lama pelaksanaan misi, jumlah pendaratan dan berat pesawat.

Berhak atas Piala Rektor ITB, Juara pertama kategori umum disabet Tim Kepik dari Jakarta, tim Pijer dan Papatong dari Bandung berturut-turut menjadi juara dua dan tiga. Di kategori perguruan tinggi, tim Bul-Bul ITB berhasil menyandang predikat jawara, disusul oleh Tim STTA Aeromodelling Club dari STTA Yogyakarta dan Tim Fairie Dragon dari ITB. Penghargaan presentasi terbaik dikantongi oleh Tim Downstair's Lab Gank dari ITB. Desain paling unik digaet Tim Freebird Micro UAV, juga dari ITB. Hadiah diberikan oleh Ketua Program Studi Aeronotika dan Astronotika ITB Dr. Leonardo Gunawan. Selain uang tunai dan piala, para pemenang juga berhak atas paket Radio Control dan kit pesawat layang dari PT Telenetina dan PT MiRP Bandung.