Kuliah Lapangan Suros dan Selam Bekali Mahasiswa Menjadi Calon Oseanografer

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Peserta tengah bersiap menurunkan CTD untuk mengukur perubahan konduktivitas dan suhu air relatif terhadap kedalaman. (Dok. Istimewa)

JAKARTA, itb.ac.id — Mata kuliah Survei Hidro-Oseanografi (Suros) merupakan mata kuliah wajib dari program studi Oseanografi pada semester 6. Pembelajarannya memiliki bobot 30% teori di kelas dan 70% kegiatan kuliah lapangan untuk mengimplementasikan teori yang telah diperoleh. Kuliah lapangan tersebut merupakan sarana pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan observasi lapangan dan mengembangkan kemampuan interpretasi serta analisis hasil data pengukuran secara langsung.

“Tahun ini, kami melaksanakan kuliah lapangan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Pulau ini dipilih karena sesuai untuk pengukuran delapan modul, yakni pasang surut, arus laut, gelombang laut, batimetri, kualitas air laut (KAL), levelling dan kemiringan pantai, parameter meteorologi, dan garis pantai. Selain itu, kami juga ingin menghimpun data hidro-oseanografi di Pulau Pramuka setiap tahunnya. Kegiatan ini diselenggarakan pada 14-24 Juli 2024 yang diikuti oleh 73 orang mahasiswa,” ujar Faza Muhammad Patradhia (Oseanografi, 2019) selaku koordinator asisten Suros.

Pengukuran garis pantai dengan menggunakan Electronic Total Station (ETS). (Dok. Istimewa)

Melalui kegiatan tersebut, peserta ikut merancang dan melakukan pengukuran hidro-oseanografi. Mereka dilatih memahami prinsip kerja dari setiap alat ukur yang digunakan dalam pelaksanaan pengukuran hidro-oseanografi. Hasil akhir yang diharapkan adalah mereka cakap untuk memahami parameter fisis laut melalui data observasi, mengolah, menginterpretasikan, serta melakukan analisis hasil data lapangan. Di akhir kuliah lapangan, mereka diharuskan mempresentasikan hasil kuliah lapangan secara keseluruhan.

“Kegiatan pengukuran data di tengah laut sangat berkesan dan menantang, yaitu di modul batimetri dan KAL sebaran laut. Tak sedikit dari kami yang mabuk laut karena berada di atas kapal selama 5 jam. Kami harus bekerja sama untuk tetap mendapatkan keseluruhan data dengan baik meskipun ada rekan kelompok yang sedang tidak prima. Kedisiplinan kami pun ikut ditempa saat pengambilan data,” ungkap salah seorang peserta Suros, Najwa Haifa Rashida (Oseanografi, 2021).

Peserta sertifikasi selam SCUBA A1 saat melakukan eksplorasi di kedalaman 18 m. (Dok. Istimewa)

Selain itu, diadakan ujian mata kuliah Selam dan Navigasi Laut. Beberapa hal yang diujikan adalah finswimming, cara membersihkan masker dan snorkel di dalam air, apnea, duck dive, floating terlentang dan telungkup, serta praktik menolong penyelam yang kelelahan. Sebanyak 24 peserta turut mengambil sertifikasi selam SCUBA A1 (one star).

“Khusus peserta sertifikasi, dilakukan 4 kali penyelaman. Dua penyelaman pertama dilakukan untuk penyesuaian dan dua penyelaman selanjutnya untuk eksplorasi hingga kedalaman 18 m. Masing-masing peserta memiliki pendamping karena ini adalah hal yang paling penting dalam penyelaman, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ucap Anindya Retno Pramesti (Oseanografi, 2020), salah seorang asisten selam.

Keahlian menyelam menjadi nilai tambahan bagi oseanografer karena dapat menunjang penelitian bawah laut, pengamatan biota laut, dan pemasangan alat pengukuran di dasar laut.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)