Kuliah Tamu “Kolaborasi Profesi” Kenalkan Peran Perencana pada Mahasiswa TPB SAPPK 2022
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB menyelenggarakan Kuliah Tamu bagi mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) SAPPK 2022 pada Jumat (31/03/2023) di Ruang Serbaguna Lt. VI Gedung Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITB.
Kuliah Tamu bertajuk "Kolaborasi Profesi" ini memberikan wawasan keprofesian kepada mahasiswa tahun pertama SAPPK agar lebih memahami bagaimana lingkungan profesi, peran perencana, dan arsitek dalam proyek-proyek lingkungan binaan.
Dua alumni Planologi ITB, Ir. F. Ermaula Aseseang, M.T., IAP., dan Dicky Handrianto, Ir, M.Sc., IAP., hadir sebagai narasumber dalam kuliah ini. Ermaula menempuh S1 dan S2 di Teknik Planologi ITB. Beliau merupakan founder URDev Networking+ dan Ripta Jagabhumi Nusantara. Dicky Handrianto lulus dari S1 Teknik Planologi ITB dan S2 Urban Housing Management, HIS, The Netherland & Lund University, Sweden.
Dekan SAPPK, Dr. Sri Maryati, S.T, MIP., dalam sambutannya mengatakan, “Kuliah tamu ini memberikan pengalaman profesi untuk ke depannya, serta menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai disiplin,” ujarnya.
Kuliah ini dimoderatori oleh Dr. RM. Petrus Natalivan Indradjati, S.T, M.T., Dosen PWK ITB. Membuka paparan, Ermaula menjelaskan perencana seringkali bekerja dalam lingkungan makro. Perencanaan terpadu juga penting dalam mewujudkan ruang wilayah yang terencana.
Ermaula memberi contoh ruang lingkup perencanaan Kawasan Strategis Nasional Ibu Kota Negara (KSN IKN). Prinsip dasar dan strategi pengembangan kawasan IKN antara lain forest city, sponge city, dan smart city. Prinsip penataan ruang IKN didasarkan pada tujuan pembangunan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan dengan mengutamakan keuntungan alam, teknologi, dan keberlanjutan lingkungan. Ia menekankan pentingnya perencanaan sektoral dan perencanaan spasial dalam mewujudkan semua itu.
Narasumber kedua, Dicky Handrianto, meneruskan kuliah tamu dengan melemparkan pertanyaan kepada mahasiswa, “Apa anggapan yang kalian pikirkan tentang Planolog?” Beberapa jawaban yang muncul: seorang planolog mengkaji banyak hal, berkutat dalam dunia politik, tidak memiliki spesifikasi, ‘tahu tentang banyak hal tapi sedikit (tahu sedikit tentang banyak hal).’
Merespons beberapa jawaban tersebut, Dicky menjelaskan prospek implementasi perencana memang sangat luas, seperti profesi pemerintahan, swasta, lembaga swadaya masyarakat, universitas/perguruan tinggi, lembaga penelitian, serta lembaga/organisasi internasional. “Perencana itu ibarat dirigen, yang harus mampu menjadi pemadu kepentingan antara pemerintah, nonpemerintah dan masyarakat,” jelas Dicky.
Poin penting yang menjadi garis bawah kuliah tamu ini yaitu perencana harus memiliki kompetensi dalam pemahaman proses teknis, mampu memanfaatkan peluang, berpikir kreatif dan cerdas. Perencana perlu berkolaborasi dengan keilmuan lain untuk menghasilkan proyek yang optimal. Menutup kuliah tamu, Dicky menceritakan pengalaman ‘best practice’-nya dalam mengentas kemiskinan dan kekumuhan yang terjadi di pusat kota Palembang dan Balikpapan.
“Penting untuk memastikan yang kita kerjakan itu sustain, meskipun prosesnya memang lebih lama. Implikasi planner itu ke banyak orang, bukan hanya satu-dua orang. Jadi, kita perlu menempatkan masyarakat sebagai subjek dan bukan objek dalam perencanaan kita,” ungkap Dicky.
Reporter: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota 2019)
Sumber foto: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota 2019)