Kuliah Tamu Stephen Wong: Peran Sistem Transportasi dalam Penanganan Bencana

Oleh Zeba Liqueiza Shakira Kudus - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Dr. Stephen Wong memaparkan materi dalam kuliah tamu “Building Resilience in Transportation System”, Selasa (20/5/2025). (Dok. Arsip Kelas Kuliah Tamu)

BANDUNG, itb.ac.id. - Indonesia merupakan negara dengan ancaman kebencanaan tinggi. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik dan lingkungannya yang berada di atas pertemuan beberapa lempeng besar dunia serta dilalui oleh jalur ring of fire di beberapa wilayah. Terdapat beberapa ancaman bencana yang mungkin terjadi di Indonesia, baik yang berjenis natural disaster seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan banjir maupun man made disaster.

Sebagai negara dengan potensi sumber daya tinggi, ukuran penduduk yang besar, serta kondisi sosial-budaya yang heterogen, Indonesia diharuskan menerapkan strategi penanganan kebencanaan yang tepat di tiap fase siklus kebencanaan, yaitu mitigasi, persiapan, respons, dan pemulihan agar mampu mengurangi kerentanan serta risiko akibat terjadinya bencana.

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB, pada Selasa (20/5/2025), mengadakan kelas kuliah tamu gabungan bagi mahasiswa S1 atau S2 yang mengikuti mata kuliah Transportation Research Methodology, Environment, Energy, and Transportation, Disaster Risk Financing in Planning, Research Methodology, serta Environment and Natural Resources.

Kuliah yang dipandu dosen pembimbing mata kuliah terkait, yaitu Saut Aritua Hasiholan Sagala, S.T., M.Sc., Ph.D. serta Dr. Eng. Puspita Dirgahayani, S.T., M.Eng., mengundang dosen tamu ahli dari University of Alberta, Stephen Wong, Ph.D. yang juga tergabung dalam Resilient and Sustainable Mobility and Evacuation (RESUME) Group.

Stephen Wong, Ph.D. mengangkat topik “Building Resilience in Transportation System”. Materi kuliah tamu ini menyoroti kebencanaan secara umum, mitigasi dan penanganan bencana, serta peranan sistem transportasi dalam merespons sebuah bencana.

Beliau mengatakan, transportation resilience dapat diartikan sebagai kemampuan maupun kapasitas dari sistem transportasi, infrastruktur terkait, dan aspek noninfrastruktur terkait (sistem sosial, sistem ekonomi, komunitas, pemerintah) untuk memitigasi, mempersiapkan, merespons, dan memulihkan area terdampak bencana akibat gangguan yang ada.

Ketika terjadi bencana sistem transportasi yang baik pada dasarnya akan membantu untuk memindahkan orang-orang yang terdampak bencana ke tempat yang lebih aman secara efektif, efisien, dan aman. Sistem transportasi juga memiliki peranan dalam mitigasi bencana dengan merespons terhadap perubahan iklim melalui pembangunan infrastruktur yang memiliki ketahanan baik, peranan dalam merespons dan pemulihan untuk mengangkut logistik dan keperluan lainnya, serta peranan dalam persiapan untuk menentukan jalur-jalur maupun lalu lintas yang optimal untuk evakuasi ketika terjadi bencana.

Setidaknya terdapat empat elemen kunci yang mesti diintegrasikan dalam mewujudkan transportation resilience system, yaitu infrastruktur, operasional, komunitas, serta logistik. Keempat elemen kunci tersebut perlu direncanakan sesuai dengan karakteristik penduduk, wilayah, serta bahaya yang ada di kawasan rawan bencana untuk menghasilkan rencana sistem transportasi yang mampu menjawab kebutuhan di empat fase siklus kebencanaan.

“Tidak semua yang rencana akan berjalan sesuai harapan. Namun, Anda sudah meluangkan waktu untuk memahami potensi bahaya. Anda sudah belajar tentang bagaimana meresponsnya. Anda sudah memahami keputusan apa yang harus diambil, struktur komunikasi seperti apa yang ada, dan bagaimana seharusnya mengelola tim yang merespons situasi tersebut. Itulah nilai sebenarnya dari rencana evakuasi ini,” kata Dr. Wong mengenai perencanaan dari penanganan bencana yang tidak dapat direncanakan atau diperkirakan.

Strategi sistem transportasi yang berketahanan dapat dikembangkan dari berbagai perspektif, yaitu demand-side, supply-side, dan information-side. Pengembangan strategi dari perspektif demand-side contohnya evacuation phasing dan vehicle reduction; pengembangan strategi dari perspektif supply-side di antaranya contraflow, public transit, dan emergency shoulder usage; pengembangan strategi dari perspektif information-side di antaranya rapid information delivery, route preparation, dan system monitoring.

Selain mengembangkan strategi dari ketiga perspektif di atas, menurutnya, terdapat beberapa strategi penting lain yang dapat diterapkan dalam mendukung penguatan sistem transportasi yang berketahanan, seperti penyediaan sistem transportasi yang inklusif bagi semua orang, pembentukan infrastruktur, perencanaan pusat ruang ketahanan, dan komunitas yang berketahanan, serta penguatan pihak-pihak yang berperan dalam mewujudkan pemulihan.

Dengan perencanaan dan penyesuaian karakteristik wilayah yang tepat, sistem transportasi berketahanan dapat memiliki peranan besar sebagai strategi peningkatan kapasitas Indonesia dalam menghadapi ancaman kebencanaan.

Reporter: Zeba Liqueiza Shakira Kudus (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2022)

#kuliah tamu #sappk #itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 13 #climate action