Kuliah Umum FMIPA ITB Bahas Matematika Lingkungan hingga Perangkat Tomografi Resistivitas Bentang Panjang

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB) menggelar seri kuliah umum bagian ke-2 secara bauran di Gedung BSC A Lantai 1 serta melalui Zoom Meeting, Jumat (3/11/2023). Kegiatan ini termasuk dalam rangkaian Dies Natalis ke-76 FMIPA ITB.

Seri kuliah umum ini mengangkat tema “Celebrating 76 years of excellence, ITB's Faculty of Mathematics and Natural Sciences: Bridging Science, Humanity, and Sustainability” dengan menghadirkan dua pembicara, yaitu Prof. Dr. Agus Yodi Gunawan, S.Si., M.Si. dari Kelompok Keahlian Matematika Industri dan Keuangan dan Prof. Dr. Eng. R. Bagus Endar B. Nurhandoko dari Kelompok Keahlian Fisika Bumi dan Sistem Kompleks.

Prof. Agus Yodi Gunawan membahas Matematika Lingkungan. Beliau menyampaikan prinsip pemodelan matematika, fenomena adveksi-difusi-reaksi serta contoh matematika lingkungan. Terdapat dua pendekatan untuk menghubungkan math tools dengan real world yaitu dengan memiliki alat-alat matematika kemudian mencari penerapannya di dunia nyata atau memiliki masalah di dunia nyata kemudian mencari alat matematika yang sesuai.

“Catatan yang penting di sini adalah ketika kita membuat model matematika, maka ada simplifikasi. Itu tidak mungkin semuanya dilibatkan. Ada dua aturan. Kalau model terlalu kasar dan banyak penyederhanaan, bisa jadi hasilnya tidak akurat. Tetapi, bisa juga terlalu halus, apapun kita masukkan, maka tidak bisa diselesaikan. Ada seninya yang kita sebut sebagai simplifikasi,” ujarnya.

Beliau mengatakan bahwa model matematika dapat digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena atau menjelaskan mengapa hal itu dapat terjadi. Model akan dianalisis dalam bentuk kesimpulan matematika lalu memberikan interpretasi, prediksi, dan jika belum sesuai maka dilakukan lagi siklus permodelan.

Pada proses difusi terdapat Fungsi Gauss yang memiliki dua parameter penting, seperti pergeseran mendatar dan ukuran persebaran. Terdapat tiga fenomena terkait fungsi ini. Pertama, murni adveksi/transport yang dapat digunakan dalam permodelan kemacetan dan masalah penyakit. Kedua, difusi yang dapat digunakan untuk meluruh. Ketiga, kombinasi keduanya adveksi (konveksi) difusi. Sementara itu, matematika lingkungan dapat diterapkan pada masalah difusi reaksi, model bakteri vs polutan, lapisan inversi di atmosfer, hingga doplet.

   

Sementara itu, Prof. Bagus Endar B. Nurhandoko membahas “Pengembangan Perangkat Tomografi Resistivitas Bentang Panjang untuk Geohazard, Marine Imaging, Air Tanah, Geothermal, dan Pemantauan Injeksi CO2 + Steam”.

Beliau menceritakan sebuah perjalanan mengembangkan perangkat yang jika membelinya dari luar negeri harganya mahal. Alat ini dapat mencitrakan bawah bumi tanpa harus menggali. Pengembangan alat tersebut dibangun bertahun-tahun dan merupakan perjalanan panjang dan tidak mudah. Pengembangan prototipe dilakukan sejak tahun 2005 dengan dukungan sponsor dan mitra terkait.

“Alat itu mahal sekali, seperti kita membeli pesawat terbang, pesawat tempur harganya mahal, triliunan. Di perusahaan besar itu rata-rata membeli ini dari luar negeri. Kita sebetulnya ingin sharing saja bahwa alat-alat ini bisa kita buat. Dan kebaikan dari alat yang kita buat, yang kita develops adalah kita bisa memodifikasinya,” ujarnya.

Beberapa alat tersebut sudah ada di Indonesia namun bentangnya pendek-pendek, sedangkan di lapangan membutuhkan bentang yang panjang. Sejumlah manfaat dari alat ini yaitu mengetahui kejadian yang sudah terjadi seperti di daerah Lombok Utara, tomografi resistivitas di geotermal dan laut, pemantauan injeksi CO2, melihat sesar aktif salah satunya yang ada di Jawa Barat yaitu Sesar Baribis. Sesar Baribis ini merupakan salah satu penyebab dari infrastruktur yang bermasalah.

Reporter: Gishelawati (Astronomi, 2019)

Editor: M. Naufal Hafizh