Kunjungan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie ke ITB
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Setelah lama dinanti-nantikan oleh massa kampus ITB, akhirnya Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie bertandang ke ITB. Prof.Dr. Ing. B.J. Habibie datang untuk memberikan Kuliah Umum “Interaksi Kebijakan Industri dan Kebijakan Teknologi dalam Perspektif Pembangunan Peradaban Bangsa Indonesia yang Berdaya Saing.” Acara ini sekaligus sebagai acara temu akrab (temu kangen) antara Pak Habibie dengan Guru-Guru Besar ITB yang tergabung dalam Majelis Guru Besar ITB. Acara yang disponsori oleh LPKM dan diorganisasi oleh Keluarga Mahasiswa (KM) ITB tersebut dimulai tepat pukul 10.00 WIB di Aula Timur ITB.
Dalam kuliah umum tersebut, Pak Habibie menjelaskan bahwa penguasaan, pengendalian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersinergi positif dengan budaya dapat menghasilkan peradaban. Peradaban yang berdaya saing membutuhkan perilaku sumber daya manusia (SDM) yang bermoral, beretik dengan ketrampilan dan produktivitas yang tinggi. “Dibutuhkan loncatan ke depan untuk mewujudkan peradaban yang berdaya saing,” terang Pak Habibie dengan antusias. ‘Loncatan ke depan’ berarti peningkatan produktivitas dan kualitas hidup SDM.
Untuk mencapai peningkatan itu, bangsa Indonesia harus menghadapi terlebih dahulu tantangan globalisasi yang telah masuk tanpa filtrasi ke dalam segala aspek kehidupan masyarakat kita. Pak Habibie kemudian memaparkan pengaruh globalisasi terhadap budaya, ekonomi, politik dan teknologi Indonesia. Pak Habibie menjabarkan bagaimana teknologi seperti kedirgantaraan memberikan dampak ekonomi yang besar bagi suatu negara, baik dampak positif maupun negatif. Pak Habibie pun mencontohkan pengaruh globalisasi pada anak-anak, “Cucu saya saja baru berumur 14 tahun, tapi sudah bisa membuat presentasi mengenai ‘human rights’..”
Dalam kuliahnya, Pak Habibie berkali-kali mengajak para mahasiswa sebagai generasi muda untuk peduli terhadap kemajuan bangsa. Bukan hanya melihat pengaruh globalisasi sebagai sarana untuk pencapaian kepentingan individual, melainkan melihatnya sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa. Pak Habibie juga menekankan bahwa ITB harus menjadi pelopor dalam ‘loncatan ke depan’ bangsa ini.
Pesan terakhir Pak Habibie ialah ITB harus masuk ke dalam 10 peringkat perguruan tinggi terbaik se-Asia. “Dan..kita harus tetap berjuang,” tutup beliau setelah berbicara panjang lebar selama 1,5 jam di hadapan lebih dari 200 orang mahasiswa yang hadir pagi itu. Setelah berbicara dalam kuliah umum, Pak Habibie yang datang bersama istrinya kemudian bersantap siang bersama guru-guru besar ITB di Campus Center. Santap siang berlangsung akrab dan hangat. Santap siang tersebut dihadiri pula oleh rektor ITB, Prof.Dr. Djoko Santoso dan guru-guru besar yang memperoleh Habibie Awards.
Dalam kuliah umum tersebut, Pak Habibie menjelaskan bahwa penguasaan, pengendalian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersinergi positif dengan budaya dapat menghasilkan peradaban. Peradaban yang berdaya saing membutuhkan perilaku sumber daya manusia (SDM) yang bermoral, beretik dengan ketrampilan dan produktivitas yang tinggi. “Dibutuhkan loncatan ke depan untuk mewujudkan peradaban yang berdaya saing,” terang Pak Habibie dengan antusias. ‘Loncatan ke depan’ berarti peningkatan produktivitas dan kualitas hidup SDM.
Untuk mencapai peningkatan itu, bangsa Indonesia harus menghadapi terlebih dahulu tantangan globalisasi yang telah masuk tanpa filtrasi ke dalam segala aspek kehidupan masyarakat kita. Pak Habibie kemudian memaparkan pengaruh globalisasi terhadap budaya, ekonomi, politik dan teknologi Indonesia. Pak Habibie menjabarkan bagaimana teknologi seperti kedirgantaraan memberikan dampak ekonomi yang besar bagi suatu negara, baik dampak positif maupun negatif. Pak Habibie pun mencontohkan pengaruh globalisasi pada anak-anak, “Cucu saya saja baru berumur 14 tahun, tapi sudah bisa membuat presentasi mengenai ‘human rights’..”
Dalam kuliahnya, Pak Habibie berkali-kali mengajak para mahasiswa sebagai generasi muda untuk peduli terhadap kemajuan bangsa. Bukan hanya melihat pengaruh globalisasi sebagai sarana untuk pencapaian kepentingan individual, melainkan melihatnya sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa. Pak Habibie juga menekankan bahwa ITB harus menjadi pelopor dalam ‘loncatan ke depan’ bangsa ini.
Pesan terakhir Pak Habibie ialah ITB harus masuk ke dalam 10 peringkat perguruan tinggi terbaik se-Asia. “Dan..kita harus tetap berjuang,” tutup beliau setelah berbicara panjang lebar selama 1,5 jam di hadapan lebih dari 200 orang mahasiswa yang hadir pagi itu. Setelah berbicara dalam kuliah umum, Pak Habibie yang datang bersama istrinya kemudian bersantap siang bersama guru-guru besar ITB di Campus Center. Santap siang berlangsung akrab dan hangat. Santap siang tersebut dihadiri pula oleh rektor ITB, Prof.Dr. Djoko Santoso dan guru-guru besar yang memperoleh Habibie Awards.