Live In Cibeusi : Sarana Mahasiswa ITB Tebar Peran Keilmuan bagi Sekitar
Oleh Cintya Nursyifa
Editor Cintya Nursyifa
BANDUNG, itb.ac.id - Senggang waktu liburan bukan menjadi ajang 'leha-leha' bagi para civitas academica kampus Ganesha. Setelah menempa pengetahuan dan wawasan dalam hari-hari perkuliahan, tibalah saatnya mengabdi bagi sekitar melalui kegiatan yang bernama "Live In Cibeusi". Selaman hari Selasa-Kamis (22-24/12/15), Desa Cibeusi di Kabupaten Sumedang menjadi tempat dipertukarkannya landasan teoritis dengan gagasan praktis di lapangan dalam rangka menyediakan manfaat sebesar-besarnya bagi sesama. Peserta Live In Cibeusi yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Rekayasa Hayati (HMRH) ITB ini mengadakan social mapping melalui observasi dan melangsungkan serangkaian seminar bagi penduduk desa tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan menyampaikan informasi bagi warga dalam mewujudkan desa binaan yang sesuai dengan kearifan lokal dan tetap produktif.
Tak perlu menunggu matang untuk sekadar menuai manfaat, pun tak perlu menantikan kelulusan untuk sekadar terjun membagikan sari-sari pengetahuan yang selama ini baru diraih di ruang kelas. Berbakti sejak dini menjadi hal yang dipilih oleh mahasiswa ITB sebagai kaum terdidik. Tak sekedar eksekusi, panitia pun telah melaksanakan preparasi yang sekaligus dapat menjadi wadah efektif dalam proses pendekatan dengan warga. Mula-mula peserta ditempatkan dalam kelompok-kelompok untuk tinggal bersama warga di rumah yang sudah ditentukan. Para peserta tersebut mengikuti seluruh aktivitas warga yang beragam di tiga Rukun Tetangga (RT) mulai dari beternak, bertani, hingga menjadi supir angkutan kota. Interaksi yang terjadi pada proses ini menjadi hal yang mendukung tahap observasi guna mempermudah social mapping nantinya. Pada proses ini pun para mahasiswa dapat memberikan banyak kontribusi barupa bantuan tenaga maupun pikiran dalam meringankan setiap pekerjaan penduduk.
Intelektualitas Songsong Generasi Cerdas
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dalam meninjau solusi hasil pengkajian yang memanfaatkan intelektualitas mahasiswa yang sempat dicanangkan HMRH bagi desa Cibeusi. Dalam proyek sebelumnya, para mahasiswa telah membuat saung kompos dan mengagas penanaman jahe. Jahe sendiri merupkan solusi cerdas dalam mengatasi permasalahan komoditas di daerah yang masih terdapat hewan liar seperti babi hutan ini. Jahe dinilai tepat karena tidak disukai hama yang ada di sekitar daerah tersebut. Warga desa Cibeusi sudah mulai menanam tanaman jahe di sekitar tempat tinggalnya. Sebagai dua hal yang beriringan, penanaman tentu tak lepas dari pemupukan. Melalui pembicaraan singkat dengan warga, terungkap pula bahwa kebutuhan warga terhadap pupuk ternyata cukup tinggi. Melengkapi solusi penanaman jahe ini, para mahasiswa tersebut juga memberikan solusi saung kompos sebagai pendamping proyek yang ada.
Generasi cerdas tentu dapat diwujudkan melalui pencerdasan bersama, salah satunya seperti seminar yang bertema "Cibeusi Bersatu Cibeusi Maju" ini. Panitia berharap dapat membangun motivasi warga dalam menyatukan ketiga RT guna memajukan desa terebut. Seminar tersebut diadakan sebagai acara puncak dengan materi yang disampaikan dengan cermat oleh Endang Rahmat (Rekayasa Hayati 2012) sebagai Ketua Himpunan HMRH ITB dan Syaripudin (Rekayasa Hayati 2011) sebagai alumni ITB yang aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat. "Kegiatan live in ini sebenarnya diadakan untuk mengetahui permasalahan yang ada di kampung itu, sehingga solusi yg ditawarkan oleh HMRH ITB bisa tepat guna. Ketika kita sudah tahu letak masalahnya, kita bisa menilai apakah suatu solusi sudah sesuai atau belum," tutur Asri Ifani A. (Rekayasa Hayati 2014). Sebagai inisiator, HMRH ITB pun membentuk sebuah kelompok bernama kampung juara, yaitu tim yg dibentuk untuk melakukan pendekatan terhadap warga, sehingga menjadikan Cibeusi sebagai desa binaan. Sebagai Ketua Pelaksana Live in Cibeusi, Teguh A. S (Rekayasa Hayati 2014) berharap bahwa salah satu, beberapa, atau bahkan semua masalah di (desa, red) Cibeusi dapat dibantu penyelesaiannya oleh HMRH yang kemudian timbul rasa prihatin dan cinta tanah air didalam diri mahasiswanya. "Jangan banyak bicara, apalagi ngeyel, mending bantuin," tutup Teguh.