Pemanfaatan Teknologi dalam Mendukung Industri Halal
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id--Gaya hidup halal telah menjadi bagian dalam kehidupan muslim di Indonesia. Dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, menjadikan produk dan layanan halal memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Tetapi dalam prosesnya, industri halal masih memiliki banyak tantangan sehingga diperlukan pendekatan teknologi dan inovasi.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)-ITB melalui Center for Islamic Business and Finance (CIBF) mengadakan webinar dengan mengangkat tema “Technology and Innovation Adoption in Halal Industry”. Webinar diadakan pada Jumat, (25/10/2020) secara virtual. Dalam seminar tersebut, dihadiri oleh Afdhal Aliasar (Director of Halal Product Industry, Indonesia National Islamic Finance Committee), Marco Tiemen (Founder and CFO of LBB International), Saaidal Razali (University Malaya), dan Yuliani Dwi Lestari (SBM-ITB).
“Kita perlu mengadopsi teknologi di industri halal untuk meningkatkan feasibilitas,” ucap Reza Azhari Nasution saat memberikan kata sambutan. Wakil Dekan Bidang Sumber Daya & Kepala Grup Strategi Bisnis dan Keahlian Pemasaran ini juga menekankan bahwa webinar tentang industri halal sangat penting tidak hanya bagi SBM-ITB tetapi juga kepada para pelaku bisnis, akademisi, dan regulator. Ia berharap dengan adanya diskusi tersebut, para stakeholder bersama-sama ikut berkontribusi untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin di industri halal di kancah global.
Selanjutnya, pembicara pertama Afdal Aliasar mengatakan bahwa industri halal ini sangat penting untuk kembangkan dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Selain itu, target ke depannya Indonesia tidak hanya sebagai konsumen dari produk halal tetapi juga sebagai produsen dan mampu bersaing dipasar global. Ia menambahkan bahwa untuk bisa bersaing, Indonesia tidak lagi menggunakan metode yang konservatif, tetapi harus menggunakan teknologi dan memanfaatkan digitalisasi dalam mendukung industri halal tersebut. “Salah satu adopsi dari teknologi tersebut adalah dengan menerapkan pembayaran syariah secara digital,” ucapnya.
Dalam industri halal ini banyak sekali isu yang harus kita perhatikan. Marco Tieman menjelaskan bahwa isu tersebut di antaranya adalah kurangnya bahan dan adiktif dengan standar halal yang benar, kurangnya kualitas produk halal di negara muslim, industri halal yang terfragmen, sedikitnya global halal brand dari negara muslim, dan pendekatan halal yang tidak hanya produk tetapi juga berkaitan dengan supply chain dan value chain. “Isu tersebut dapat diatasi dengan teknologi, filosofi keunggulan halal, dan ekosistem halal,” imbuhnya.
Pentingnya teknologi dalam mengatasi tantangan di industri halal juga dibenarkan oleh Saaidal Razali. Ia mencontohkan bahwa salah satu aplikasi dari teknologi dalam industri halal adalah penggunaan Blockchain. “Dengan adanya Blockchain organisasi Islam yang memberi sertifikasi halal bisa terhubung melalui ledger yang didistribusikan dengan tujuan untuk penelusuran terhadap halal supply chain,” imbuhnya. Ia melanjutkan, hal ini disebabkan oleh salah satu tantangan dalam industri halal di mana terjadinya perbedaan sertifikasi halal di beberapa negara Islam, seperti kopi luwak yang halal di Indonesia tetapi nonhalal di Malaysia.
Tidak hanya Blockchain, salah satu teknologi yang dapat diadopsi dalam mendukung halal industri ini adalah Internet of things (IoT). Sebagaimana dijelaskan oleh Yuliani Dwi Lestari, IoT dapat digunakan dalam proses pengiriman produk, manajemen inventori, proses monitoring, manajemen aset & akuntansi, manajemen stakeholder, dan layanan purna jual. “Secara umum, aplikasi dari IoT di industri halal adalah sebagai pendukung dalam proses automasi, digitalisasi, tracking system, dan real time monitoring,” ucap Yuliani.
Sebagai penutup webinar, Prof. Sudarso Kaderi Wiryono dari SBM menyampaikan bahwa dalam pengembangan industri halal ini juga dibutuhkan integrasi dan kolaborasi di antara stakeholder. Integritas tersebut salah satunya dapat dibangun dengan mengadopsi penggunaan teknologi, katanya.
Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2018)