Mahasiswa Arsitektur ITB Kembali Belajar Gunakan Mesin Fabrikasi di Laboratorium Arsitektur

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id—Prodi Arsitektur ITB kini tidak hanya memberikan kuliah dan membagi ilmu pada mahasiswa dalam waktu kurikulum normal saja. Kegiatan MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) Workshop Desain Komputasi merupakan salah satu contohnya. Kegiatan workshop yang tengah berlangsung ini diampu oleh dosen KK Perancangan Arsiktetur, Aswin Indraprastha, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D.

Workshop yang diadakan tanggal 1-13 Agustus 2022 ini terbagi menjadi 2 sesi utama, yaitu Desain Parametrik (menggunakan Rhino dan Grasshopper) dan Aplikasi BIM (menggunakan Revit). Sebelum ditransformasi menjadi program MBKM, kedua materi ini merupakan mata kuliah pilihan yang dibuka bagi mahasiswa di semester 7 dan 8.

“Kedua mata kuliah tersebut tahun ini tidak akan diadakan lagi, karena sudah dilaksanakan sekarang dalam bentuk MBKM,” jelas dosen pengampu diawal sesi kuliah.
Kegiatan workshop komputasi pertama ini diikuti oleh total 15 mahasiswa arsitektur ITB. Dari jumlah peserta itu, terbagi rata antara mahasiswa yang baru naik ke tingkat 3 dan 4. Kegiatan workshop ini merupakan kegiatan kuliah yang interaktif dan aplikatif. Hal ini kian didukung dengan diskusi dan tutorial yang dibawakan kolaboratif oleh 3 asisten; Arnott Ferels, Sultan Yazid, dan Valeryn Horlanso.

Selain diberikan kesempatan untuk mempelajari desain komputasi secara lebih intens di luar waktu kalender akademik, mahasiswa juga diberikan kesempatan mengunjungi laboratorium fabrikasi arsitektur yang selama pandemi kemarin telah nyaris terbengkalai.

“Mahasiswa yang mengikuti hari ini diharapkan dapat membagikan pengetahuannya pada teman-teman yang lain cara untuk menggunakan mesin-mesin fabrikasi di laboratorium, terutama untuk yang baru naik ke tingkat 3. Mesin tersebut silakan saja dipakai kapan pun,” ucap Aswin sesaat sebelum mahasiswa memasuki sesi praktikumnya.

Keikutsertaan mahasiswa pada sesi workshop ini diharapkankan dapat memberikan wawasan dan pengalaman terkait kemampuan dan limitasi mesin-mesin fabrikasi yang ada. Dengan dasar ini, mahasiswa diimbau untuk dapat memanfaatkannya sesuai kebutuhan fabriaksi masing-masing di masa depan. Selain itu, mahasiswa yang mengikuti praktikum ini juga dapat menularkan ilmu aplikasi mesin fabrikasi kepada sejawatnya.

Di Laboratorium Fabrikasi Arsitektur ITB terdapat 4 jenis alat fabrikasi yaitu; 3D-Printer Felix Pro-XL, Laser Cutting NS-149, CNC (Computer Numerical Control) Roland MDX-540s dan CNC Router (600x1200mm).

“Tidak semua hasil modelling dari komputer dapat dicetak di 3D printer. Ada beberapa limitasi yang harus dipahami pengguna mesin ini. Bahkan, bila model berhasil di cetak sekalipun, terkadang harus tetap ada campur tangan manual dalam tahap finishing. Misalnya pemotongan support dan amplas halus. Untuk CNC kita harus paham mana mata potong yang harus digunakan untuk mencapai model yang kita harapkan,” jelas Rizki, teknisi laboratorium sembari mempersiapkan mesin.

Setelah itu, mahasiswa melihat penggunaan laser cutter dengan modul untuk membuat kontur.

“Laser-cutter ini sangat berbahaya, karena mesin ini pada dasarnya memotong tegak lurus objek dengan membakarnya. Ketika mesin bekerja, hati-hati dan jauhkan lengan karena daerah kritis di sekitar laser-beam itu mengeluarkan api,” jelas Gagan, teknisi laboratorium, kepada mahasiswa sebelum menjalankan mesin. Setelah itu beliau juga mendemokan titik kritis mesin dengan mendekatkan sehelai tisu ke laser-beam yang kemudian terbakar.

Kunjungan ke laboratorium ini dilaksanakan selama 2 jam. Di akhir sesi mahasiswa telah melihat proses dan cara kerja seluruh mesin fabrikasi.

“Terima kasih kami ucapkan kepada Pak Rizki dan Pak Gagan yang telah menunjukan kami cara menggunakan mesin-mesin fabrikasi ini. Banyak sekali informasi dan ilmu baru yang juga saya dapatkan dari pengalaman di hari ini,” ucap Sultan mewakili seluruh peserta ketika sesi berakhir.

Mesin-mesin fabrikasi yang terletak di lantai basement Labtek IXB Arsitektur ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa luar dan bagi umum dengan persyaratan tertentu.

Reporter: Madeline Abigail Lukito (Arsitektur, 2020)